Anak Buangan Pembasmi Iblis

Eliana Sianipar

Dok.Fenesia

Pada suatu hari disebuah kota yang penuh dengan suara bising yang tak pernah berhenti, kini suara itu tidak terdengar lagi. Suara keributan itu telah terpendam oleh suara hujan yang terus menyelimuti kota tersebut. Aku menatap ke langit yang gelap dan berpikir, “Apakah dia ikut bersedih denganku?

Aku menatap ke bawah, berharap tidak pernah melihat orang-orang itu lagi. Dengan mata terpejam ku jatuhkan badanku bersama hujan.. Booommm!! Aroma yang harum mengelilingiku. Suara yang hening dan tenang membuatku nyaman. Apakah aku sudah mati? Aku membuka mataku perlahan disambut dengan sinar matahari yang hangat dan pemandangan yang indah. “Ahh.. ini pasti surga.” Pikirku. 

Kenikmatan yang baru saja ku rasakan rusak seketika.Auman yang begitu kencang dan bergelora membuat semua burung pergi dari tempat ini. Bush.. bush.. suara langkah kaki yang begitu cepat datang menuju ke arahku. Itu Elf! Bukankah itu hanya ada di cerita dongeng? Ini benar-benar gila. 

Tiba-tiba dia menarik tanganku. “Hei, kenapa kamu mematung? Kamu ingin mati?? Cepat lari..!!” kata Elf kepadaku. 

Di belakang kami ada iblis bertubuh besar yang terus mengejar kami. Aku sudah tak tahan lagi. Kami pun bersembunyi.“Alier. Namaku Alier.” Kata manusia peri itu mengulurkan tangannya. Ku sambut dengan senyum, “Namaku Karl.” 

Alier menarik tanganku lagi, “Cepat bangun! Kita harus segera keluar dari tempat ini.” Teriaknya kepadaku.

Dengan berat hati aku mengikutinya. Kami mengitari lorong yang gelap. Tak lama dari kejauhan tampak cahaya di ujung lorong itu. Kami terus berlari dan tanpa sadar kami tiba di ujung lorong, Aku yang belum seimbang setelah berlari kencang tergelincir dan jatuh. Aku melewati air terjun dan tenggelam ke dalam air. Aku merasa seperti ada yang menarikku. 

“Karl.. bangun Karl!!” seseorang berteriak kepadaku. Perlahan ku buka mataku. Semua berwarna putih dan ada infus yang membentang di tanganku. Sepi. Aku di rumah sakit. Lalu kemana Alier?

“Halo Nak, kamu sudah bangun?” Tanya dokter kepadaku. Aku hanya mengangguk. 

“Di mana keluargaku?” tanyaku masih kebingungan. 

“Sudah seminggu kamu tidak sadarkan diri. Kami sudah menghubungi keluargamu tapi mereka belum  pernah datang menjengukmu.” 

Mendengar pernyataan dokter membuatku begitu sedih. Setelah kejadian waktu itu ternyata keluargaku memang tak lagi mempedulikanku. 

Aku kabur dari rumah sakit.. Aku terus berjalan dan berjalan dengan pikiran kosong. “Karl.” Terdengar suara yang memanggil namaku. Suara itu tak asing di telingaku. Aku kembali berjalan mencari suara tersebut. Aku teringat dan segera menuju tempat saat aku jatuh dari gedung. Aku menemukan sebuah lubang saluran air. Ku intip ke celah lubang tersebut, ada cahaya yang berbeda di sana. Segera aku meloncat masuk ke dalam lubang.

Aku tiba di sebuah hutan. Segera ku cari Alier. Di kejauhan terlihat keadaan sangat kacau sekali. Iblis yang ku temui saat itu bersama Alier telah membuat kegaduhan di hutan tersebut. Aku melihat Alier sedang menghindar serangan dari iblis besar itu. “Alier!!” teriakku melambaikan tangan padanya. 

Alier memalingkan wajahnya padaku. “Kamu datang tepat waktu, Karl. Kamu lihat pedang di pohon besar itu? Kamu harus mengambilnya dan kalahkan iblis ini dengan pedang itu.” Ucap Alier dengan nada panik. Dia kembali bersembunyi menghindari serangan iblis dan sesekali menyerang dengan kekuatannya yang terbatas.

“Alier, aku tidak tahu bagaimana menggunakan pedang.” Aku menjawab dengan gugup.

“Kamu bisa, Karl. Itu adalah pedangmu. Hanya kamu yang bisa menggunakannya.” Teriak Alier yang membuatku semakin bingung.

Bagaimana bisa itu menjadi pedangku? Kapan aku memilikinya?. Namun aku tepis rasa heran dengan segera mencabut pedang dari pohon besar itu. Seketika ku rasakan getaran yang kuat mengalir dari tubuhku. Ku ayunkan pedang itu dan keluar cahaya kilat yang begitu besar. Segera kumanfaatkan kekuatan itu menyerang iblis besar tersebut dibantu oleh kawanan Elf.

Kami bertarung dengan hebat. Dia hampir tak terkalahkan dan aku sudah kewalahan. aku harus tahu kelemahannya. Ya, mungkin tanduk yang ada di kepalanya tersebut adalah kelemahannya. Aku menaiki pohon besar lalu melompat ke atas kepala iblis tersebut. Dengan kekuatan pedang aku potong tanduknya. Iblis tersebut mengamuk marah namun lama-kelamaan dia semakin melemah dan lenyap seketika.

Alier dan kaum elf lainnya bersorak bergembira. Mereka segera memperbaiki hutan tersebut dan membuat pesta kecil untuk merayakan kebebasan dan kemenangan mereka dari serangan iblis yang selama ini mengganggu mereka. “Karl, teruslah hidup di hutan ini. Sesungguhnya kamulah pemimpin kami sejak dulu namun karena serangan iblis mengacaukan semuanya dan membawamu ke luar dari sini.” Cerita Alier menyentuh hatiku. 

Jika keluargaku tak peduli lagi padaku, mungkin aku bisa menciptakan keluarga baruku di sini, di mana aku dihargai dan mendapatkan cinta.



Genre: Fiksi

Tema: Action