Bahu-membahu di Tengah Kemarau Panjang

Sofianita Aritonang

Dok.Wikihow

Kemarau menampar desa kami selama berbulan-bulan. Belum ada tanda-tanda hujan di awal tahun. Barangkali, ini adalah kemarau terpanjang yang pernah melanda desa kami.

Saking panjangnya, kemarau ini mengeringkan sumur kami yang terkenal dalam dan tidak pernah kehabisan air. Saya gelisah, dari mana mendapatkan air bersih. Syukurlah, tetangga saya–yang lebih dahulu kekeringan–menggunakan selang menarik air dari sumur di area pembibitan menawarkan berbagi air dari sana.

Selama kemarau mandi tak pernah puas. Cuci piring pakai air seember saja. Menuci kain jadi satu minggu sekali dan sebelum dibilas harus dikeringkan terlebih dahulu agar air sabunnya tidak terlalu banyak ketika dibilas.

Air bilasan itu kami gunakan menyiram bunga sekaligus membersihkan kamar mandi. Jangan sampai air terbuang sia-sia. Air kotor pun kami manfaatkan.

Sumber air di pembibitan terbatas sehingga usianya hanya beberapa minggu, apalagi dipakai empat rumah tangga. Di tengah kemalangan ini tiba-tiba datang mobil air ke perumahan. Hampir setiap orang di komplek perumahan keluar lalu membantu mengangkat selang panjang untuk mengalirkan air ke tiap rumah.

“Tarik…tarik!”
“Ok, putar!
“Stop”

Kata-kata itu terlontar terus sepanjang waktu penarikan. Kami bahu membahu selama kemarau ini. Setiap air datang, bapak-bapak akan mengisi bak tiap rumah dengan semangat.



Genre: Nonfiksi

Tema: Lingkungan