Belajar Memaknai Pernikahan dari Novel “Rainbow”

Simon

Novel “Raibow” sungguh ajaib. Eni Martini, penulis novel itu, membuat saya membayangkan sekaligus memaknai hal-hal yang sebenarnya masih teramat jauh dari hidup saya.

Sebuah kisah yang menceritakan perjalanan hidup sepasang suami istri muda yaitu Keisha dan Akna. Mereka menjalani rumah tangga dengan cinta dan kasih sayang. Keluarga bahagia tumbuh dipupuk rasa kesetiaan.

Konflik muncul ketika Akna mengalami kecelakan sehingga kakinya harus diamputasi. Dia divonis tidak memiliki keturunan. Jiwanya tergoncang. Sifat akna berubah seratus delapan puluh derajat. Dia lebih mudah tersinggung. Pemarah sampai melakukan kekerasan pada istrinya. Keisha pun tak tahan lagi, ia pulang ke rumah orang tuanya. Namun orang tuanya meyakinkan Keisha pulang merawat suaminya sebab pernikahan bukan permainnan.

Di tengah rasa bimbang itu Keisha merasakan perubahan pada tubuhnya. Ia mudah capai. Sering muntah juga. Orang tuanya bilang itu adalah tanda kehamilan dan pemberitahuan itu sangat mengejutkannya. Keisha pun langsung mengambil alat tes kehamilan. Positif. Dia sangat gembira dan hari itu juga membereskan pakaiannya.

Baru dua langkah masuk rumah, Keisha langsung memberitahu suaminya bahwa dia hamil. Akna malah marah lalu menuduh Keisha selingkuh. Meledak tangis Keisha. Kesedihan itu tak berlangsung lama karena kalah dengan rasa cinta pada suaminya. Keisha berjuang, meyakinkan suaminya bahwa bayi yang dikandungnya adalah anak mereka.

Keisha juga berjuang memulihkan mental suaminya. Puji Tuhan, keajaiban datang. Dia menemukan terapi pengobatan menggunakan kaki palsu. Akna sangat bahagia setelah pngobatannya berhasil. Setelah perjalan yang mereka lalui, anak mereka lahir. Betapa bahagianya mereka. Sangat luar biasa perjuangan dan ketabahan untuk mempertahankan rumah tangga.

Dari novel karya Eni Martini ini saya memahami bahwa membangun lalu merawat rumah tangga itu bukan main sulitnya. Rumah tangga, pasti tidak hanya dibangun dari cinta, uang, rasa percaya,dan janji-janji di depan pendeta atau penghulu. Sekian pertengkaran dan caci maki turut memancang fondasinya dan kita harus benar-benar memahami itu.



Genre: Nonfiksi

Tema: Buku