Haliza Maryam Purnama
Kenalin nama aku Haliza Maryam Purnama, kelas 12 IPS. Saat ini aku berumur 17 tahun. Aku sangat menyukai olahraga terutama sepaknola dan badminton. Christiano Ronaldo dan Evan Dimas adalah idolaku di sepakbola. Di badminton aku tergila-gila sama pasangan ganda putra Kevin Sanjaya dan Gideon Paldi. Nonton pasangan berjuluk The Minion itu aku sering senyum-senyum sendiri karena mereka sangat menghibur.
Aku tidak pernah absen saat pertandingan Timnas sepakbola atau badminton disiarkan televisi. Aku akan selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk kemenangan Indonesia. Mungkin agak aneh sih di sini seorang anak perempuan menyukai sepakbola tetapi menurut aku ini sangat menyenangkan. Jadi aku cuek saja deh ketika ada yang merasa aneh padaku.
Bicara soal sepakbola, aku teringat laga Timnas di Piala AFF di Singapura tahun lalu. Waktu itu aku itu tidak mau ketinggalan nonton mereka dan kebetulan di setiap aku menonton Indonesia menang. Di Piala AFF tahun lalu Indonesia masuk semifinal, melawan Malaysia. Sepanjang pertandingan aku terus berdoa untuk kemenangan Indonesia.
Pertandingannya sangat menegangkan. Di menit-menit akhir Malaysia mendapatkan peluang untuk memenangkan pertandingan setelah wasit menunjuk titik putih. Wajahku pucat menyaksikan momen itu. Berapa lama lagi harus menunggu Indonesia angkat piala di event internasional, tanyaku dalam hati. Namun keajaiban datang. Kiper Indonesia bisa mementalkan bola tendangan penalti pemain Malaysia. Aku teriak sekencangnya, barangkali seluruh rakyat Indonesia melakukan hal yang sama.
Indonesia akhirnya masuk final. Lawannya di partai puncak adalah Thailand, negara yang sangat tangguh. Bahkan bisa dibilang di atas Indonesia. Aku sebagai pendukung timnas Indonesia ingin melihat Evan Dimas dan kawan-kawan membawa pulang piala kemenangan. Saat final, sebagian warga perkebunan di PKS termasuk aku nonton bareng memakai layar lebar di samping rumahku. Kami berdoa bersama lalu teriak menyemangati para pemain. Kami yakin doa dan teriakan kami dari area perkebunan di ujung Bengkulu itu akan disampaikan Tuhan ke hati mereka.
Seluruh warga Indonesia pasti sangat ingin lihat Timnas menang. Namun kami harus menelan kenyataan pahit. Untuk kesekian kalinya kami kecewa sekaligus sedih. Aku sedih Indonesia kalah dan sakit hati karena Indonesia jarang menang lawan Thailand. Di momen menyakitkan itu aku cuma bisa mengela napas ketika melihat Thailand mengangkat piala sedangkan Indonesia hanya mendapat piagam.
Walau Indonesia kalah tetapi semangat juang pemain dalam pertandingan harus diapresiasi. Jika memang tahun kemarin Indonesia kalah semoga tahun ini Indonesia menang dengan membawa piala, kalau gagal lagi, entah berapa lama lagi kami harus menunggu datangnya bahagia sekaligus rasa bangga.
Genre: Nonfiksi
Tema: Olahraga