Bernyanyi Selamat Ultah di Atas Kotoran Sapi

Nisa

Dok.Static.Pulsk

Namaku Nisa, seorang anak petani sawit yang tinggal di daerah perkebunan. Aku tinggal di daerah tempat ayahku bekerja sebagai petani. Alhamdulillah PT tempat ayah bekerja menyediakan fasilitas baik perumahan, sekolah, dan tempat pengobatan bila karyawan di PT ini sakit.

Tenera nama sekolahku. Nama sekolahku itu masih berkaitan dengan nama jenis buah sawit. Tenera kolaborasi antara Dura dan Fesivera yang artinya buah terbaik. Direktur PT tempat ayahku bekerja selalu berdoa agar anak karyawan yang mengambil ilmu di Tenera menjadi anak-anak yang unggul saat dewasa nanti.

Sekarang aku duduk di kelas 8 SMP Tenera, yang merupakan salah satu sekolah favorit dan terbaik di Bengkulu Utara. Aku bangga, bahagia, dan bersyukur bisa belajar bersama-sama kawanku di sekolah ini. Kawan-kawanku semua adalah anak karyawan PT.  Kata Ayah, sekolah ini didirikan untuk meningkatkan kenyamanan dan fasilitas karyawan.

Kawan-kawanku semuanya sangat seru. Kami berteman baik setiap harinya di dalam dan luar sekolah. Aku punya cerita tentang keseruan berkawan kami. Waktu itu mau berangkat sekolah.

“Nisa, Awassss!!!” teriak teman-temanku.

Kakiku terhenti, tak bergerak karena kaget dengan jeritan teman-temanku.

“Apaan sih?” jawabku tetap dalam posisi tak bergerak.

“Kakimu!” jawab mereka.

Aku langsung melihat ke bawah.

“Hahahaha hanya kue Ultah berwarna hijau ini saja kalian membuatku kaget seperti ada hantu di belakangku,”

Wah bukannya terima kasih, malah mengolok-olok nih anak. Coba tak kami peringati, kakimu sudah mencium kue ijo itu,” balas Febby lalu menjitak kepalaku.

Kue Ijo ini sebutan kami untuk kotoran sapi karena kotorannya menumpuk seperti kue ulang tahun. Waktu kecil, aku dan kawan-kawan suka menambahkan bunga di atas kotoran sapi yang menumpuk itu. Bunga itu sebagai pengganti lilin lalu kami bernyanyi lagu Selamat Ulang Tahun.

Hampir semua karyawan di perusahaan ini memiliki sapi. Kebanyakan sapi-sapi ini diliarkan oleh pemiliknya. Sedikit yang dikandangkan. Efek dari sapi-sapi yang diliarkan ini tentu saja banyak kotorannya di jalanan.

Teng…Teng…Teng…

“Gila terlambat kita,” kata Febby sambil berlari menuju gerbang sekolah.

“Hahahaha, ijo..ijo…Selalu membuat kita lupa waktu,” sambung Ria, kawanku juga, lalu menyusul Febby.

Aku tersenyum melihat tingkah mereka. Kupercepat langkahku sambil berdoa semoga guru pengawas literasi belum sampai di kelasku.

“Nisa”
SMP Tenera



Genre:

Tema: