Burung Sombong Kena Perangkap

Putri Maretta Gultom

Istimewa

Pada suatu pagi, beberapa anak burung berkumpul di tengah hutan. Mereka adalah Burung Merak, Beo, Murai Batu, Elang, dan Burung Pipit. Setelah bergurau lama, mereka mulai berlagak sombong dengan memamerkan keindahan dan kekuatan masing-masing. Burung Merak memamerkan bulunya yang indah. Elang memamerkan cakarnya yang tajam sambil berkisah bagaimana dirinya ditakuti ular.

Murai Batu tak mau kalah. Dia memamerkan ekornya yang panjang lalu menirukan banyak suara burung jenis lain. Beo memamerkan kata-kata manusia yang didengarnya. Burung Pipit tertunduk malu. Ia tidak punya keindahan yang bisa ia pamerkan di depan teman-temannya. Bulunya tidak indah. Suaranya juga tidak merdu apalagi badannya tidak segagah Elang.

Pipit pun ditertawakan teman-temannya lalu pulang sambil menangis. Pipit pun menangis di depan Ibunya karena dirinya kalah indah dibanding teman-temannya. Ibu Pipit pun menghibur anaknya yang sedang sedih itu. Hari berikutnya Pipit tidak sedih lagi. Dia pun kembali terbang ke tengah hutan menemui teman-temannya.

Di tengah hutan Pipit sendirian. Teman-temannya tidak ada. Beo, Elang, Murai Batu, dan Merak juga tidak kedengaran suaranya. Pipit pun terbang ke tengah hutan. Di rumah Petani, Pipit melihat teman-temannya itu terjebak dalam perangkap Pak Petani. Pipit bertanya kenapa mereka sampai di sana.

“Kami mau dijual ke kota karena Petani bilang kami indah dan bisa dikoleksi,” jawab Merak lalu menangis.

Pipit tidak bisa berbuat apa-apa. Perangkap itu begitu kuat. Dia tidak bisa membebaskan teman-temannya yang terus menyesali kesombongan mereka pada Pipit waktu itu.

Putri Maretta Gultom
Kelas VIII A SMP Tenera



Genre:

Tema: