Dasar Kami, Liburan kok Masih Sempat Memikirkan Orang Lain

Dok.Wikihow

Saya ikut bapak kerja saat liburan kemarin. Itu pertama kalinya saya ikut bapak memanen karena tidak ada siapa-siapa di rumah. Mamak dan abang mengantar uang ke rumah mbah di Tunggang. Sebab mbah saya tidak punya uang buat beli sayuran di Pasar Tunggang.

Kepulangan kami ke rumah hampir bersamaan. Saya tiba di rumah beberapa menit sebelum mamak dan abang. Belum juga cerita keadaan mbah, mamak langsung tidur karena kecapaian. Selain itu besoknya mau rewang di rumah budhe Sol sehingga harus irit tenaga dan tidak mau melek.

Kami tidak bisa ikut rewang karena mau mengantar manten. Saat mamak tidur saya bersama bapak dan abang pergi ke rumah budhe. Di sana kami dikasih ayam panggang. Kami makan sampai tak bersisa eh di tengah jalan lupa sama mamak.

Saya bersama bapak, mamak, dan abang nganter manten satu hari setelah rewang rumah budhe. Kami antar manten dengan mobil pinjaman. Tempat manten sangatlah jauh sehingga saya bosan sepanjang jalan. Namun bosan hilang ketika bertemu dengan saudara saya di sana, sungguh ajaib.

Jalan pulang ke kebun lebih berbahaya daripada berangkat. Kami harus melewati jembatan gantung yang kabarnya sekarang sudah selesai diperbaiki itu. Kami jalan pelan-pelan, lamat biar jembatan tidak runtuh. Saya takut sekali sampai mual-mual tetapi beranjak lega ketika mobil bisa melewatinya.

Terus di tengah jalan adik minta mainan. Bapak terpaksa berhenti di toko Serba Tiga Lima, semua barang yang dijual Rp35 ribu. Di dalam toko ternyata bukan hanya adik yang belanja. Mamak tiba-tiba beli gorden. Kakak mengambil celana dan jaket sementara saya yang menonton saja juga dibelikan celana.

Kami sampai rumah dengan perasaan lega dan bahagia. Liburan yang cukup padat bagi keluarga kami.



Genre:

Tema: