Melda Pangaribuan
Kelambu yang aku kaitkan ke empat sudut kamar memberi kehangatan malam itu. Tak ada seekor nyamuk yang bisa berani mengganggu tidurku malam itu. Namun malam itu ada sesuatu yang mengakhiri tidur nyenyakku. Sesuatu yang dingin menjalar di kaki saya. Saya terbangun dan mengibaskan kaki kanan. Mata saya awas, mencari apa yang menjalar di kaki saya.
Kejadiannya tepat jam dua pagi. Karena mati listrik, saya segera menghidupkan lampu emergency lalu keluar kelambu. Di sekitar ranjang tak ada sesuatu yang aneh. Saya lalu masuk kelambu lagi, menunggu sesuatu yang menggerayangi kaki saya itu muncul. Saya yakin bukan mimpi karena rasanya sangat nyata. Saya tahu bedanya mana mimpi mana tidak.
Jantung saya berdetak kencang ketika saya melihat seekor kelabang muncul mengitari kelambu. Saya teriak membangunkan suami setelah melihat kelabang merah berukuran besar nan menjijikan itu muncul begitu saja. Suami saya bangun lalu refleks mengambil sandal memukul kelabang itu sampai mati.
Saya kira tidur bakal damai ketika kelabang itu kamibunuh. Tapi saat kembali memejamkan mata, tubuh kelabang binatang jalang itu berkelebat dalam kepala. Saya jadi takut setengah mati dan trauma. Tidur jadi waspada.
Genre: Nonfiksi
Tema: Memori