Unistri
Di bulan Febuari masuklah virus corona ke Indonesia yang aku cintai ini. Adik meneleponku bahwa dia sudah membeli beras, roti, ikan, kentang, dan seabrek bahan makanan lain yang dia sebutkan. Berbeda dengan dia yang panik, aku masih santai bin selow karena rumahku jauh dari kota hehehe.
Virus ini punya nama cantik yang tak secantik perbuatannya, kalau aku bilang seperti zombie. Eh tapi masih mending zombie soalnya masih nampak, lha virus ini nampak batang hidungnya saja tidak.
Gara-gara Si Covid ini saya ke pasar lengkap dengan peralatan ‘perang’. Berbekal masker, saya ke pasar saat situasi masih sepi supaya tidak bersengolan dengan orang– orang. Kadang kalau dipikir agak sedikit aneh juga. Di sana saya beli jahe dan kunyit lalu diracik menjadi sesuatu yang katanya memperkuat imunitas tubuh.
Di pasar sana, emak–emak yang lain juga sibuk mencari rempah-rempah seperti saya. Bahkan ada yang setiap hari mandi dengan rebusan kunyit, rebusan daun serai, dan ramuan lainnya.
Saat Corona masuk Indonesia, puff..hand sanitizer lenyap kayak ditelan bumi. Tak ada yang tahu siapa yang memborong atau memakannya. Akhirnya saya bikin hand sanitizer sendiri sesuai dengan tutorial di youtube.
Saya pernah mengikuti tutorial dari youtube membuat sabun cair dari sabun batangan. Sabun batangan direbus lalu ditambah air. Setelah mencair saya puas sekali sampai tertawa. Bagus juga ya kreasi saya ini, begitu dalam hati.
Sabun yang telah mencair itu lalu saya masukan ke wadah kosong. Ketika sore dengan senangnya saya bilang itu ada sabun cair buatan ibu ke anak eh tapi pas mau dipakai sabun itu membatu alias mengeras. Kami pun menertawai kegagalan membuat sabun cair itu.
Genre: Nonfiksi
Tema: Covid-19