Angeli Mastiur
Tak terasa sudah berbulan-bulan mama menjadi guruku. Dia sangat galak, cerewet, tetapi baik karena memberiku seribu pelajaran yang sangat berharga. Mama tidak mengajarkanku rumus matematika, reaksi redoks, atau iklim dan cuaca.
Saat sedang mengerjakan tugas online, mama duduk disebelahku lalu memperhatikan tanganku. Selama belajar di rumah karena pandemi ini mama setia menemaniku dan menanyakan apa pelajaran yang aku dapat hari ini. Karena penasaran dengan sikap mamaku aku meberanikan diri untuk bertanya kenapa dia selalu menemani saat aku sedang mengerjakan tugas.
“Sekarang mama lagi jadi guru kamu. Guru tidak harus menerangkan materi tetapi guru adalah orang yang selalu mendukung kamu sampai titik kesuksesan. Nah inilah cara mama mendukung kamu. Kalau disuruh menerangkan pelajaran, nanti mama ngajarin kamu cara babat rumput. Mama dulu kan tidak sekolah,” jawab mamaku.
Jawaban yang sangat sederhana. Itulah pelajaran yang mamaku ajarkan kepadaku. Pelajaran ini mampu membuka hati dan pikiranku. Aku seorang siswa yang sudah dapat banyak pelajaran di sekolah tapi belum pernah aku bagi kepada orang lain. Sedangkan mama yang tidak sekolah mampu membagikan pelajaran yang sangat penting.
Mama memberiku pelajaran kehidupan, bukan rumus maupun reaksi redoks dan sebagainya. Inilah guru yang sesungguhnya. Guru yang mampu menerangi setiap jalan dengan cahaya seremang apapun dia.
Genre: Nonfiksi
Tema: sekolah