Hubungan Batak dan Bakso di Keluarga Kami

Sari RomauliS

Dok.Wikihow

Libur sekolah kemarin saya habiskan di Bengkulu dan Pekanbaru. Aku bersenang-senang selama liburan kemarin. Berenang, bermain ke mal, dan tidur-tiduran tanpadikejar waktu.

Setelah menikmati Natal di Kota Bengkulu, aku bersama anak dan suami berangkat ke Pekanbaru menggunakan bus. Perjalanan Bengkulu-Pekanbaru memakan waktu 1 hari 1 malam. Perjalanannya tidak menyenangkan karena sopir bus culas, menaikkan penumpang tanpa tiket alias penumpang gelap sehingga ruang bus sempit.

Oya kami ingin mengadakan acara mengganti nama panggilan ibu mertua dari Opung Candra (anak kakak ipar saya) menjadi Opung Samuel (anak saya) di rumah mertua di Pekanbaru. Sebab, menurut adat Batak panggilan orangtua (mertua) itu adalah anak pertama dari anak laki-laki.

Saat kegiatan dilakukan, mertua saya memberikan ikan mas arsik (masakan khas Batak) untuk anak yang selama ini dipanggil serta ulos sedangkan kami sebagai paman memberikan cincin, uang, atau barang sesuai dengan kemampuan disaksikan ketua kampung dan keluarga besar.

Setelah acara selesai kami menikmati sepoyan angin dari pohon sawit di depan rumah sedangkan kakak ipar dari Jakarta bersama suaminya sibuk memasak bakso untuk menyambut malam tahun baru. Suami kakak ipar berasal dari Solo dan sangat jago membuat bakso. Sudah jadi tradisi bahwa tiap upacara di keluarga kami selalu ditutup dengan makan bakso sama-sama.

Cuaca di Pekan baru ini cukup ekstrem. Hujan deras disertai angin kencang ditambah menggelegarnya suara petir cukup menakutkan. Namun, kehangatan keluarga dan bakso yang disajikan perlahan mengikis rasa takut itu.



Genre: Nonfiksi

Tema: Keluarga