Anggiat R
Hari itu cuaca terlihat mendung, dari pagi hingga siang sepertinya matahari sembunyi tidak kelihatan. Angin bertiup sedikit kencang membuat tubuhku kedinginan. Ingin sekali rasanya cepat bertemu kasur karena tulang-tulangku mulai berirama. Sepulang sekolah karena kecapekan dengan kegiatan hari ini saya tertidur pulas.
Sekitar pukul 17.00 WIB saya terbangun. Di luar seperti sudah senja dan terlihat gelap dibarengi dengan pancaran kilat dan bunyi gluduk tanda hujan segera turun. Melihat kilat dan bunyi gluduk saya berlari masuk ke dalam rumah karena ketakutan. Semua peralatan elektronik saya cabut lalu menenangkan diri sambil makan kerupuk.
Tiba tiba hujan turun amat deras diikuti angin kencang, namun saya tetap tenang sambil mengunyah kerupuk lalu minum air teh. Tanpa kusadari air menetes mengenai kepala. Saya berpikir itu adalah rembesan akibat angin kencang tadi, lalu saya ambil ember kecil untuk menampung tetesan air. Selanjutnya air semakin deras tetesannya dan terus memanjang sampai semua lantai ruang tamu mulai basah. Lalu saya berlari ke lantai dua, aku kaget melihat atap rumah hilang di bawa angin. Lantai di atas basah semua termasuk sebuah lemari yang berisi kain.
Aku tarik pintu lemari lalu memindahkan kain-kain itu ke atas kasur. Mataku tertuju pada kantong plastik berwarna hitam di antara kain-kain yang berserakan. Aku mendekat lalu mengambil plastik yang digulung terikat dengan karet. Kulepaskan ikatan karetnya, aku kaget ternyata plastik tersebut berisi uang, aku meloncat kegirangan.
Langsung saja aku hitung jumlah uang dalam plastik ternyata sangat lumayan untuk membeli kebutuhan hidup. Akup tertawa sendiri saking senangnya dan tanpa kusadari rumahku sudah semakin tinggi digenangi air. Lalu aku berlari mengambil sapu untuk mendorong air keluar.
Genre: Nonfiksi
Tema: Memori