Ingat Murid, Lupa Anak Sendiri

Deva Susanti

Perpustakaan Tenera

Sebagai guru aku sudah sangat merindukan berkegiatan bersama anak-anak setelah hampir lima bulan hanya menyapa mereka lewat telepon genggam. Hari yang dinanti akhirnya datang juga meski hanya tiga hari, khusus untuk pengenalan lingkungan bagi siswa baru. Pagi itu semangatku sudah meluap-luap sejak bagun tidur karena akan bertemu murid-murid. Urusan rumah dengan sigap dan cepat aku bereskan. Anak keduaku, Chelsea sampai heran dengan kecepatanku lalu bertanya kenapa hari ini semangat sekali.

“Anak-anak TK sekarang masuk Kak. Mama harus datang lebih cepat supaya dapat menyambut mereka,” jawabku.

Aku nyalakan motorku lalu melaju mulus ke sekolah dengan kecepatan sedang. Dengan langkah lebar aku menuju kelas lalu menyapa anak-anak dan orang tua mereka dengan senyum termanis yang aku punya saat itu. Setelah sekian lama tak bertegur sapa dengan orangtua mereka, akhirnya pagi itu kembali dapat menuntaskan rindu dengan kata-kata yang tidak bisa diungkapkan. Senang sekali. Di tengah rasa rindu yang belum semuanya aku tumpahkan itu, tiba-tiba ada orangtua murid yang bertanya padaku.

“Loh, anaknya Bu Deva, Kasih, mana? Kan dia anak TK A juga, kok tidak ada Bu?”

Aku kaget bukan kepalang. “Ya Tuhaaaaaan,” seruku sambil menepok jidat. Kenapa aku sampai melupakan anakku sendiri demi menyambut murid-murid lain di sekolah. Ibu macam apa aku ini gerutuku dalam hati. Aku pamit pada orangtua murid yang tampak keheranan setengah mati kala itu lalu dengan cepat kupacu motor kembali ke rumah menjemput Kasih.

Sampai depan rumah aku lihat wajah suami dan anakku sudah tidak bersahabat. Suamiku protes karena aku lupa anakku hari itu juga masuk TK. Sambil tersenyum aku hampiri mereka untuk menutupi rasa malu dan bersalahku. Maafkan mama ya Kasih karena lupa membawamu pagi itu, heheheh.



Genre: Nonfiksi

Tema: sekolah