Kampanye Tenera dan Rahasia Tergelap dalam Hidup

Imas Nur Fatimah

Dok Wikihow

Sekolah Tenera punya banyak kampanye keren. Tiap kampanye saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Beginilah kisah tiap kampanye yang memengaruhi hidup saya.

Kampanye pertama adalah anti-bullying. Saya tidak pernah melakukan perundungan secara verbal dan non verbal pada orang lain. Saya tahu bagaimana rasanya dihina, dicaci maki, dan mendapat kekerasan fisik karena pernah dirundung saat kecil.

Waktu itu usia saya sekitar sembilan atau sepuluh tahun saat bermain dengan teman-teman. Mereka mengatai saya mirip Rhoma Irama karena rambut saya pendek sekaligus keriting. Bentuknya mengembang seperti Rhoma Irama. Saya dianggap berbeda dari yang lainnya. Saat itu saya menangis sampai meratapi nasib lalu bertanya pada cermin: kenapa rambut saya keriting? Kenapa saya tidak sama dengan teman-teman lain yang berambut lurus dan panjang?

Ibu menjelaskan bahwa saya berambut keriting karena faktor genetik. Ayah saya juga berambut keriting, kata ibu.  Waktu itu saya belum mengerti mengapa rambut orang berbeda-beda. Tidak puas dengan jawaban ibu, saya sempat menyisir rambut agar lurus. Wah, kalau diingat sekarang sungguh malu. Ada momen yang membuat saya tidak merasa malu lagi ketika diejek teman-teman. Saat itu saya mengajak mereka bermain salon-salonan. Beberapa tangkai daun singkong dan sisir saya jadikan alat untuk menata rambut mereka sampai keriting. Mereka suka, bahkan memuji diri sendiri karena lebih cantik berambut keriting.

Sampai saat ini saya masih bertahan dengan rambut keriting di tengah gempuran viralnya rebonding atau smooting. Kesimpulannya, perundungan sangat bahaya bagi mental orang lain.

Kampanye ke-2 ada 5S yaitu senyum, sapa, salam, sopan, dan santun Kampanye Tenera yang satu ini sudah sangat melekat dalam diri saya. Saya bisa mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam hal sopan dan santun saya masih banyak belajar karena sangat sulit diterapkan karena sering terbawa suasana.

Gemar menabung jadi kampanye selanjutnya. Saya gemar menabung sejak bekerja. Walau lewat arisan kecil-kecilan bersama teman-teman kerja saya kira tidak masalah. Hasil tabungan saya gunakan untuk menambah dana membeli barang yang dibutuhkan. Saat ini pun saya masih gemar menabung untuk masa depan. Menabung selagi bisa adalah motto saya dan suami.

Berani bertanya adalah hal penting dalam kehidupan saya. Berani bertanya adalah kunci pengetahuan. Dalam hal apa pun termasuk dunia pekerjaan harus berani bertanya kalau tidak ya siap- siap saja tidak tahu apa-apa, miskomunikasi, bahkan negatif thinking kalau tidak bertanya. Setelah kampanye berani bertanya, ada Tenera Berbhineka, saling menghargai sekaligus menghormati keberagaman suku, budaya, agama, dan lain sebagainya. Sudah saya lakukan dengan baik dengan tidak mempertimbangkan suku, budaya, agama dan lainnya ketika berteman dan bekerja.

Membaca adalah salah satu hobi saya sejak SD. Saya suka sekali membaca Bobo, buku Hidayah, Kartini milik kakak bahkan baca koleksi majalah misteri di rumah tetangga. Saya punya kenangan yang agak buruk saat membaca. Waktu itu tahun 2007, saya baru masuk SMP. Saya pergi ke rumah tetangga untuk membaca majalah misteri bersama sepupu. Ketika sedang tenggelam dalam kisah-kisah misteri tiba-tiba lantai bergoyang. Sejumlah benda di ruangan berjatuhan tetapi kami tidak bergeming. Satu-satunya yang menyadarkan kami bahwa bumi sedang ‘mengamuk’ adalah teriakkan tetangga.

“Gempa! Gempa,” teriaknya lalu kami lari terbirit-birit keluar sambil membawa majalah.

Kegemaran membaca bertahan hingga SMA. Saat kuliah kegemaran itu memudar karena disibukkan dengan banyak kegiatan perkualiahan macam praktikum dan pembuatan laporan. Kalau pun bisa dibilang membaca, saya hanya membolak-balik jurnal penelitian sebagai referensi laporan praktikum. Sekarang ini saya merasa harus membaca. Sesekali saya meminjam novel di perpustakaan. Namun saya sering disergap rasa malas sehingga ketika membaca rasa mengantuk selalu datang. Saya punya target ke depannya, minimal satu buku dalam 1 bulan. Setelah bisa mencapainya, saya akan majukan lagi, minimal satu buku dalam 2 minggu dan seterusnya. Semoga kampanye Tenera yang satu ini bisa saya terapkan dengan baik

Bagi saya, menulis sama halnya dengan membaca. Saya gemar menulis cerita pendek dan dialog sehari-hari dalam buku harian sejak SD. Sampai satu waktu tidak mau menulis di buku harian lagi setelah rahasia terbesar saya diketahui banyak orang karena keponakan membacanya lalu disebarkan ke luar rumah..

Dalam buku harian yang tersebar luas itu saya menuliskan luapan perasaan terhadap tiga orang cowok. Saya tulis berapa persentase rasa suka saya dan menyebutkan karakter mereka yang saya suka. Waktu cerita itu tersebar, saya marah bercampur malu. Kemarahan saya sampai ke ubun-ubun, rasanya ingin berteriak apalagi kisah dalam buku harian itu sampai ke salah satu cowok yang saya sukai. Sejak saat itu saya sedikit trauma menulis. Saat ini saya juga jarang menulis Sesekali saya memang menulis cerita pendek tentang pengalaman hidup lalu diterbitkan di Nyalanya. Kedepannya, saya juga ingin mengobati sedikit trauma itu agar bisa lancer lagi menulis.

Tentang kampanye tertib helm, saya belum melakukan kampanye ini sepenuhnya. Kadang saya memakai helm dalam situasi tertentu saja. Sebenarnya saya sadar, helm sangat penting digunakan saat mengendarai motor terlebih lagi saat berkendara ke jalan besar dan ramai. Ke depannya, saya akan selalu memakai helm ketika mengendarai motor di jalan besar dan ramai demi keselamatan.

Tenera Hijau adalah salah satu kampanye Tenera yang sampai saat ini masih sangat sulit saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya masih sering menggunakan plastik. Ke depannya saya akan menerapkan kampanye Tenera Hijau dengan baik. Akan saya mulai dengan membawa tas belanja saat belanja, mengurangi sampah plastik, lalu makan makanan sehat.



Genre: Nonfiksi

Tema: Memori