Kegigihan Para Ibu Tanpa Tanding

M. Sihombing

Dok Wikihow

Kami kakak beradik enam orang. Ketika aku kelas 3 SMP bapak meninggal setelah mengalami kecelakaan. Beberapa tahun kemudian adik menyusul bapak. Mama dihantam kesedihan bertubi-tubi.

Setelah kepergian bapak, mama harus ke sawah karena dia satu-satunya tulang punggung kami. Jarak tempuh ke ladang lumayan jauh, harus naik sepeda atau kereta (motor). Sementara mama, jangankan motor naik sepeda saja tidak bisa.

Saat malam hari mama belajar naik sepeda, kami ikut mengajari. Ada yang memegang tempat duduk belakang supaya mamak bisa naik, kemudian dilepas mama jatuh, kadang menabrak pohon. Mama tidak putus asa, kaki luka bahkan sepeda rusak, tetap semangatnya belajar sepeda tidak pernah pudar sampai akhirnya bisa mengendarai sepeda sendiri ke sawah..

Waktu itu aku hampir tamat SMP, saat mama diam-diam mendaftarkanku bekerja menjadi cleaning service rumah sakit di perusahaan tempat bapak pernah bekerja. Mama bilang aku harus bekerja agar adik-adikku bisa sekolah. Sebenarnya aku sedih, tapi aku tidak mau membantah setelah melihat keadaan mama. Tapi aku tidak diterima kerja, perusahaan itu malah mendorong mama agar menyekolahkan aku.

Kegigihan mama akhirnya bisa mengantarkan kami sekolah walaupun tidak semua sarjana, namun untuk memenuhi kebutuhan keluarga sudah cukup. Sekarang mamaku berumur 77 Tahun. Semoga sehat selalu walaupun tidak banyak lagi aktivitas yang dia dikerjakan, cukup di rumah saja karena sekarang biar kami yang akan bekerja keras untuk mama.



Genre: Nonfiksi

Tema: Memori