Kenangan Manis Mama Saat Sekolah

Grecia L.S

Dok.Selipan

Ini adalah kisah Mamaku saat sekolah di mana teknologi waktu itu belum berkembang. Kerutan di wajah Mama juga belum ada. Foto-foto masih hitam putih, belum berwarna seperti sekarang ini. Zaman Mama sekolah dulu Soeharto masih jadi presiden dan artis Via Valen belum ada. Dan pastinya, kisah ini ada di zaman Mamaku belum bertemu Bapakku dan kami belum lahir.

Jejak Mama pertama di masa SD. Mama sekolah di SD Xaverius Palembang. Mama cerita kalau zaman dulu guru-guru di sana sangat kejam. Anak yang tidak mengerjakan PR akan dipukul dengan penggaris berukuran besar. Teman Mama ada yang pernah dipukul karena buku PR-nya ketinggalan. Alhasil tangan dan kakinya merah-merah.

Mama sampai sekarang masih ingat salah satu guru kejam di sana. Namanya Ibu Ida.Untung saja beliau sudah meninggal sehingga tidak bisa mengajariku. Semua teman-teman Mama sangat membencinya karena dia adalah guru super kejam. Kalau menatap matanya, keringatmu bakal menetes bahkan pergi ke WC saking takutnya.

Mama saya diajar guru kejam itu kelas 2 SD. Bayangkan, baru juga kelas 2 SD sudah diperlakukan seperti itu, bagaimana coba anak-anak kelas 5 dan 6 atau anak nakal, minimal bajunya yang terbakar. Tapi Mamaku selalu berpikir bahwa Ibu Ida kejam agar murid-muridnya bisa disiplin dan berguna bagi Indonesia.

Setiap sekolah pasti punya guru kejam dan guru baik. Di sekolah SD Mamaku pun begitu. Kalau yang kejam Ibu Ida, guru yang baik ini Mama tidak ingat namanya. Tapi yang jelas dia laki-laki. Waktu ulangan ada murid yang membuka buku dan ketahuan guru baik itu. Pak Guru, cerita Mama, hanya menasihati agar jangan mencontek. Kalau ketahuan guru kejam, wah, bisa dibayangakan sendiri lah.

Mamaku hanya dua kali mendapat juara saat SD, di kelas 4 dan 6. Itupun hanya dapat juara 3 dan 4. Dulu saingan Mama sangat banyak. Rata-rata bermata sipit dan berkacamata tebal. Padahal baru SD sudah pakai kacamata tebal. Mereka anak-anak orang kaya yang kerjaannya les terus setiap hari. Sedangkan Mamaku tidak pernah ikut les karena tidak boleh sama Opungku. Mama masih ingat betul kata-kata Opung yang melarangnya les.

“Uang SPP saja sudah mahal, apalagi les. Boleh les asal tidak makan,” cerita Mama menirukan Opung.

Anehnya saat Mamaku mendapat juara, teman-temannya yang berkacamata tebal itu terlihat iri. Mereka memandang sinis Mamaku. Tapi Mama tidak peduli. Kata Mama mata mereka sipit sih jadi tatapan itu tidak terlalu mengerikan. Mama tidak hanya pintar pelajaran tapi juga olahraga. Mama mewakili sekolahnya di pertandingan lari antarsekolah Xaverius. Di Palembang waktu itu ada sembilan sekolah Xaverius, Mamaku mewakili SD Xaverius 3.

Mamaku bertubuh kecil langsing, beda sama Aku yang ‘langsingnya’ luar biasa. Tubuhnya yang ringan itu menjadikan Mama pelari tercepat di Xaverius 3. Saat lomba Mama berlari seperti kilat tapi ada yang berlari lebih cepat dari kilat lalu mengalahkan Mama. Di perlombaan itu Mama mendapat juara dua.

Waktu SMP Mama nyaris bisa salaman sama Soeharto. Waktu itu Presiden ke-2 Indonesia datang ke Palembang meresmikan Pusri. Anak-anak sekolah disuruh menyambut sepanjang jalan, termasuk Mama dan sekolahnya. Mereka diberi bendera merah putih kecil dari plastik. Mama dan murid-murid lain disuruh mengibarkan bendera saat Soeharto lewat. Waktu itu Mama mau salaman tapi kata ajudan Soeharto tidak boleh bersalaman.

Tapi lumayanlah bisa lihat Presiden langsung. Coba Aku ada di sana waktu itu, pasti bisa bertemu juga dengan Presiden. Tetapi hal itu tidak akan terjadi. Presiden Jokowi saja belum pernah saya lihat langsung, apalagi Soeharto yang sekarang sudah tidak ada lagi.

Saat SMA Mama punya teman baik, namanya Ung Yen. Setiap pulang sekolah Ung Yen selalu membantu Mamanya membuat Pempek (Empek-Empek) dan sirup. Mereka membuatnya sangat banyak karena untuk dijual. Setelah membantu membuat Pempek dan minuman, Ung Yen membantu Mamanya mencuci baju. Ung Yen tidak sempat belajar karena harus membantu Mamanya dari siang sampai malam. Mamaku selalu membantu Ung Yen dalam belajar. Sebagai imbalannya Mama sering diberi Pempek sama Ung Yen.

Tapi ada yang membuatku penasaran. Semasa SMP dan SMA Mamaku sangat cantik (sekarang juga masih cantik lho ya). Pasti ada kisah cintanya, tapi kata Mamaku tidak ada. Entah Mamaku bohong atau tidak, tapi setahuku memang tidak ada kisah cintanya meski firasatku bilang ada.

Gracia S
SMP Tenera



Genre:

Tema: