Kepulangan Suamiku ke Rumah Tuhan

M. Sihombing

Dok.3.bp.blogspot

Sudah bulan ke-3 (ketika cerita ini ditulis), kami kehilangan sosok yang begitu kami kasihi. Baru di bulan ke-3 ini aku baru sanggup menuliskan kisah tentang kepulangan suamiku ke rumah Tuhan. Aku sudah pernah mencoba menulis tentang kehilangan ini satu bulan setelah suamiku tidak ada tapi air mataku bekerja lebih cepat dari tanganku.

Jumat, 5 April 2019 adalah hari yang mengejutkan bagi keluarga kami. Jam empat subuh aku bangun. Suamiku tepat di sampingku, rupanya kami sama-sama ketiduran di depan televisi. Dia baru pulang kerja jam setengah tiga pagi. Dia tidur nyenyak sekali sepertinya sedang kecapaian. Setelah aku beres-beres rumah, mandi, menyiapkan keperluan dan lain-lain aku pamit padanya untuk berangkat ke sekolah dan dijawab singkat, “ya” katanya.

Aku sampai ke rumah jam setengah empat sore. Segera kuketuk pintu tapi tidak ada jawaban. Aku coba pintu lain tapi hasilnya sama. Aku pikir sore itu suamiku masih beristirahat jadi aku memutuskan menunggu sampai dia bangun di depan rumah. Aku tidak mau tidurnya terganggu. Saat menunggu di luar rumah, aku heran di dalam sepertinya sepi sekali seperti tidak ada orang tapi tidak ada perasaan khawatir atau cemas karena pagi tadi dia masih baik-baik saja.

Hari sudah mulai gelap. Dia tidak keluar rumah juga. Aku pergi ke PKS dan mau tidur di tempat anak. Jam setengah sebelas malam aku menuju pabrik dan ternyata suamiku tidak ada di sana. Aku pulang ke rumah dengan orang-orang lalu membuka paksa jendela dan pintu. Mereka masuk ke dalam rumah lalu kaget melihat suamiku tidur dengan posisi bagus (tangan di atas dada) di kasur. Mereka bilang badannya sudah kaku, suamiku meninggal. Jam berapa meninggalnya tidak ada yang tahu pasti. Tidak ada yang tahu juga apa penyebabnya.

Sampai sekarang aku masih sering berandai-andai bisa memutar waktu bercampur rasa penyesalan yang kadang muncul. Tapi semua sudah lewat dan dia sudah tenang di rumah Tuhan tanpa menyusahkan kami semua. Sekarang aku harus kuat untuk meneruskan cita-cita kami. Aku harus kuat karena masih ada tanggung jawab yang harus aku emban yaitu menyelesaikan pendidikan putriku yang saat ini masih kuliah.

Melfrida Sihombing
Guru SMA Tenera



Genre:

Tema: