Kini Dusun Kami Punya Mathagia

Chelsea

Entah sudah berapa lama saya tinggal di dusun ini. Pastinya, saya tumbuh besar di lingkungan yang kini sudah banyak berubah ini. Setidaknya ada tiga perubahan yang saya rasakan dari waktu ke waktu.

Pertama tentang tetangga yang silih berganti, datang dan pergi. Mereka yang pergi mengadu nasib ke kota lain. Yang datang, mengadu peruntungan ke dusun kami. Kami kedatangan tetangga baru yang baru pindah beberapa bulan lalu. Mereka begitu baik dan murah senyum. Kami senang punya tetangga seperti itu.

Kedua, tumbuhan dan tanaman semakin sedikit sehingga mempengaruhi kehidupan sekitar. Penyebabnya tentu saja manusia. Banyak yang tidak bisa merawat tanaman dengan baik bahkan cenderung sembarangan. Akibatnya banyak tanaman mati.

Tiga, ada bangunan baru. Saat saya menulis cerita ini sedang ada pembangunan Matagia, mini market ceria yang dulunya adalah koperasi belanja. Mathagia seperti mini market pada umumnya dan akan menjadi pusat perbelanjaan para warga. Saya senang sekali karena dusun kami kini punya Mathagia yang belanjaannya cukup lengkap. Asyik.

Saya senang dengan pembangunan dan perubahan lainnya di dusun kami tetapi tidak dengan tanaman yang mati. Semakin sedikitnya tanaman membuat lingkungan tidak indah. Saya juga makin kesulitan berteduh dari matahari ketika main di luar rumah. Semoga manusia-manusia di dusun kami mulai menanam lagi ke depannya. Sekian cerita saya, Chelsea Oktaviani.



Genre: Nonfiksi

Tema: Lingkungan