Kisah Celana Dalam yang Jadi Bahan Lelucon

Apriyanti

Ilustrasi SD (Dok Istimewa)
Ilustrasi SD (Dok Istimewa)

Sebenarnya ini adalah kisah yang memprihatinkan.  Sebelum mulai belajar kelas kami selalu orasi yel-yel biar semangat.  Setelah itu baru kami mulai belajar bersama dengan tanya jawab mengingat  kembali materi yang sudah dipelajari.  Aku mengajak murid menuliskan materi yang sudah dipelajari di atas kertas  dengan simbol know.    Mereka mengerjakannya dalam waktu lima menit, begitulah semangat murid-murid. 

Kami menempelkan kertas pada tempat  pamer di kelas.  Selanjutnya aku mengajak anak-anak pada kegiatan inti. Kami bersama-sama mengupas materi  tema dengan menggunakan konsep peta pikiran. Lalu aku menjelaskan cara membuatnya di papan tulis. 

“Bu,  mengerjakan mind map di selembar kertas atau di karton?,” tanya Yoga, seorang muridku yang cukup disenangi teman-temannya.

Aku jelaskan ke murid-murid bahwa menggambarnya di atas karton yang sekaligus menjawab pertanyaannya. Lalu aku minta Yoga membagikan karton ke teman-temannya.  Ketika Yoga berkeliling membagikan karton, aku melihat ada yang aneh dari pakaiannya. Ada tali tali plastik putih yang ditutupi kemejanya.  Seorang muridku bernama Rahmat  yang juga menyadarinya mendekati Yoga, mau menggunting plastik itu. 

“Jangan, jangan, jangan ,  Bu tolong aku !,” teriak Yoga sambil memegang celananya.

“Ada apa Yoga ? kok ada plastik di pinggangmu?,” tanyaku.

“Aku malu ngomongnya, tapi daripada nanti diputuskan tali ini, aku mau ngomong sama teman-teman,” jawab Yoga.

Yoga berdiri di depan kelas dengan wajah memerah.  Setelah menguasai napasnya, Yoga menceritakan kenapa ada tali plastik di pinggangnya. Yoga bilang tali plastik itu untuk mengikat celana dalamnya yang kendor. Karena musim hujan, celana dalam layak pakainya belum kering. Semua anak tertawa setelah mendengar penjelasan Yoga, terutama Rahmat. 

“Yoga! Untung tak jadi aku gunting tali plastikmu, kalo jadi, wah…pasti sudah melorot celana dalammu,” timpal Rahmad lalu tertawa terpingkal-pingkal 

Tetapi ada seorang muridku yang memuji Yoga. Adi namanya. Setelah anak-anak yang lain puas tertawa, Adi mengacungkan jempol untuk Yoga dari bangkunya. Adi juga tepuk tangan karena merasa Yoga kreatif dan keren karena semangat untuk sekolah dari temannya itu patut dicontoh. Yoga pun senang mendengar pujian Adi.



Genre: Nonfiksi

Tema: sekolah