Lebaran yang Ganjil

Pedro

Dok https://i.pinimg.com/originals/f5/1a/ce/f51ace56927b5d191d217e03b96ef935.jpg

Lebaran kemarin kurang meriah. Buatku sedikit ganjil sih. Kami berangkat lebih pagi ke rumah saudara agar bisa shalat Idul Fitri bersama. Tahun-tahun sebelumnya kami tidak bisa shalat bersama saudara mama karena harus menjaga Mbah.

Kue-kue Lebaran yang ada di meja rata-rata beli padahal biasanya kami bikin sendiri. Di sanalah serunya, bikin kue lebaran bersama-sama terus ketika tamu menyukainya kami sangat senang.

Kata mama kami terpaksa beli karena harga minyak goreng naik sementara harga minyak sawit turun. Aku tidak tahu kenapa harga-harga bisa naik turun, aneh saja rasanya sih. Tapi ya sudah tidak apa-apa, kuenya cepat habis karena kami banyak kedatangan tamu.

Nah dari banyak tamu yang datang, aku kenalan sama Ustaz Solikin. Dari namanya saja kita tahu orangnya pasti aneh. Buktinya, ketika saya salaman malah disuruh sungkem pakai bahasa Jawa yang saya tidak mengerti. Padahal sudah dibilang sama pakde Rigi bahwa aku adalah anak adiknya tetapi masih disuruh sungkem juga. Walau agak aneh Ustaz Solikin itu orang pintar dan dia juga orang pertama yang mengajar ngaji di kampung.

Lebaran hari ke-2 kami mampir ke tempat adik mama. Di sana saya menangis karena melihat ikan gurame mati. Habis nangis terus kesal karena bukannya dipelihara di akuarium atau kolam, ikannya malah disimpan dalam jirigen. Ya matilah! Untung saja kesalnya cepat hilang karena kami diajak ke pantai. Namun sampai di pantai ada pertengakaran keluarga sedikit sehingga moodku turun lagi. Airnya keruh pula.



Genre: Nonfiksi

Tema: Lebaran