Melawan Komplotan Penjahat Hipnotis

Melda Pangaribuan

Saat kuliah saya hampir kena hipnotis. Pengalaman aneh sekaligus menjengkelkan itu terjadi di angkutan umum yang biasa saya naiki dari kampus menuju kos.

Dok Wikihow

Sudah menjadi tradisi bagi saya berdoa dulu sebelum melangkahkan kaki ke manapun. Begitu juga waktu itu, saya berdoa sebelum angkot datang meminta perlindungan kepada Yang Maha Kuasa. Saya masuk lalu duduk di kuris belakang sopir yang mengarah ke pintu angkot. Baru juga duduk saya sudah merasa suasana dalam angkot itu aneh, ada aroma mistik kuat.

Saya curiga pada orang yang duduk berhadapan dengan saya itu pusat mistiknya. Saya duga dia tukang hipnotis yang sering beraksi di banyak angkot. Kecurigaan saya makin besar ketika angkot berhenti lima kali menaikkan enam penumpang. Saya gugup namun berusaha untuk tetap tenang sambil memegang tas berisi dua ponsel dan uang makan yang baru diambil dari Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Para penumpang yang saya duga komplotan itu mengapit saya. Dua orang duduk di samping kiri dan kanan saya sedangkan sosok yang saya curigai sebagai tukang hipnotis itu tak beranjak dari kursinya. Satu orang mengajak saya ngobrol. Tiap pertanyaan saya jawab ketus tanpa melihat ke arahnya sementara komplotan lainnya menggesekan tangannya ke tas. Saya marah besar lalu menepis tangannya dari tas. Saya tahu betul pasti itu ilmu dari mbah siapa gitu dengan hanya menggesek bisa membuat uang dalam tas saya berpindah tempat.

Mereka tiba-tiba turun saat gagal beraksi. Tukang hipnotis di depan saya itu turun terakhir namun bisa mengambil sesuatu dari kantong anak SMA yang duduk di bangku tempel pintu angkutan. Saya melihat kejahatannya itu tapi mulut terkunci rapat, entah kenapa tidak bisa teriak. Tak selang lama si anak SMA itu sadar lalu teriak minta angkot berhenti. Dia turun terus mengejar orang yang duduk di depan saya tadi. Yang mengherankan adalah semua penumpang dalam angkot tidak tahu apa yang terjadi, mereka juga baru ‘siuman’ setelah orang itu turun dari angkot.

Saya periksa isi tas, tidak ada barang atau uang yang hilang. Saya bersyukur sekali karena masih dalam perlindungan Tuhan. Dari sana saya makin yakin bahwa pertolongan Tuhan datang di waktu yang tepat.



Genre: Nonfiksi

Tema: memori