Rita Melda
Hari itu Sabtu, lupa tanggal berapa. Qilla, anak saya bangun pagi buta, tanpa adegan menggedor pintu kamar yang tiap pagi rutin Emaknya lakukan. Anak perempuan saya yang duduk di kelas VIII SMP Tenera itu terlihat sibuk.
“Mak mamak punya baju gamis hitam enggak?,” tanyanya.
“Punya, untuk apa?” Jawabku.
“Jilbab hitam? ciput putih?,” sambar anak saya.
“Ada, cari saja di lemari Mamak! Buat apa sih?”
Tidak ada jawaban. Dia langsung nyelonong ke kamar. Setelah mendapat apa yang dicari dalam lemari itu, dia siap-siap berangkat. Kami mengobrol sebentar di atas motor sepanjang perjalanan. Dia cerita hari itu ada kegiatan Sabtu Sore di Sekolah(3S). Acara itu keren banget katanya karena selain siswa dan guru ada orang tua yang diundang ke sekolah untuk bercengkrama santai menikmati kuliner dari wirausaha yang dikelola siswa-siswi sendiri. Sambil menikmati kuliner pengunjung dimanjakan dengan penampilan menggemaskan anak-anak SMP Tenera.
Konsep 3S hari itu sedikit berbeda dari yang sudah-sudah. Qilla bilang ada konsep rumah hantu yang mereka siapkan untuk menarik warga Agricinal.
“Wahhhh sayang sekali Mamak enggak bisa ikutan nonton karena harus menghadiri acara di TK Tunggang,” kata ku dengan ekspresi sedih.
Sorenya saya bermaksud menjemput Qilla yang selesai mengadakan acara 3S. Dari obrolan di grup WA saya, kabarnya acaranya sukses dan meriah sekali. Dari kejauhan saya kaget melihat sosok menyeramkan berlari kecil menghampiri saya. Mirip sekali dengan Hantu Valak yang menyeramkan, andai dia tidak mengeluarkan senyuman khas yang akrab, mungkin saya tidak mengenalinya.
“Ayo Mak pulang! Kata si Valak,”
“Astaga Nak, Qilla jadi Valak? Lah kenapa kok belum ganti baju, makeup kok enggak dihapus? Seram lo Nak, Mamak saja takut lihatnya,” tegurku.
“Biarin saja Mak, enggak sempat tadi soalnya banyak yang ajak foto,” jawabnya sambil naik ke motor.
Jadilah kami pulang dengan penampilan dia yang masih sangat menyeramkan. Takut juga lihat muka Qilla dari kaca spion. Sumpah persis banget sama Valak dalam film-film horor itu. Sepanjang jalan pulang dia cerita kegiatannya di 3S yang menegangkan. Puas katanya karena berhasil membuat pengunjung yang kebanyakan anak kecil dari TK dan SD ketakutan.
“Ada yang begitu masuk langsung menjerit. Ada juga Mak, yang menangis lalu mengancam para hantu. ‘awas kalian semua ya, kubilang sama Bapak ku huuuu huuuuu huu’ begitu Mak. Terus yang lucu waktu kami menakuti salah satu anak kecil, eeehhh dia nangis terus ngompol, ribet banget kan, mana kelasnya jadi basah dan bau pesing Hahhahhahaaa,”
“Tapi badanku sekarang sakit semua loh Mak, soalnya aku dipukul, ditarik, dicakar sama anak kecil yang takut. Lebih kasihan Si Pocong, dia ditendang, dipukul pakai sandal karena dia kan enggak bisa lari. Cuma lompat-lompat gitu..habislah dia digebukin deh,” cerita Qilla lalu tertawa puas.
“Sebaiknya kalian mengadu ke komnas perlindungan hantu hahahaha,” ledekku ke Qilla.
Di tengah perjalanan kami berhenti di mini market karena ada sesuatu yang harus dibeli. Semua pembeli di mini market memandangi kami dengan tatapan aneh. Eeeh, saya baru ingat sedang menggandeng Si Valak ini. Di dalam mini market Qilla masih saja menghayati perannya sebagai Valak. Pengunjung kecil dikagetin. Mereka ketakutan dong terus lari terbirit-birit ke Mamahnya.
Sebelum kejahilan Si Valak memuncak secepat kilat saya ambil barang yang mau dibeli lalu ke meja kasir. Eh pas bayar, penjaga kasirnya menggoda kami.
“Valaknya doyan es krim ya Bu?”
Saya menoleh sambil melihat Valak jongkok menikmati es krim tanpa peduli jadi pusat perhatian. Hadeeehhhhhhhhhh ini anak jahilnya nurun siapa yah? padahal Mamahnya manis begini.
Rita Melda
Guru TK Tenera
Genre:
Tema: