Swadesta Aria Wasesa
Sekuel Power Ranger tahun 90-an sangat populer. Jason (Ranger Merah), Billy (Biru), Zack (Hitam), Trini (Kuning), Kimberly (Pink), DAN Tommy (hijau-putih) sangat memengaruhi kehidupan anak-anak yang tak pernah ketinggalan menyaksikan aksi mereka melawan Rita Repulsa di televisi. Begitu juga saya, yang selalu menirukan gaya mereka ketika hendak melakukan apa-apa.
Ketika mau mandi, saya tirukan gaya mereka: “Mastodoooon” lalu berlari ke kamar mandi. Sebelum makan malam saya juga tirukan gaya mereka “Dinosauruuuus” kata saya lalu dibentak Papah yang kaget karena teriakkan itu. Power Rangers sulit dilupakan. Ada satu peristiwa yang sampai kini dan satu-satunya alasan masih hapal benar nama-nama mereka.
Waktu itu saya masih TK. Setelah Power Ranger selesai saya disuruh beli minyak tanah sama Mamak. Jarak antara rumah saya di Banjarbaru dengan warung yang jual minyak tanah kira-kira 300 meter. Cukup jauh buat saya yang masih berusia 6-7 tahun waktu itu apalagi sambil bawa jerigen yang tingginya selutut saya. Jalannya sudah beraspal dan cukup ramai.
“Kembaliannya beli Ciki ya Mak,” yang diiyakan oleh Mamak.
Saya segera mengambil jerigen dari tangan Mamak lalu menuju warung. Sambil jalan saya terus menggumam lagu Power Rangers. Begitu selesai beli, jerigennya jadi berat. Saya cukup kesusahan membawanya, tapi dengan semangat Power Rangers, saya yakinkan diri saya kuat lalu mengangkat jerigen itu pelan-pelan.
Saya pulang di sisi jalan sama dengan yang saya lewati ketika berangkat. Posisinya melawan arah. Sepanjang jalan banyak pengendara motor yang memandangi saya. Mungkin mereka kasihan karena melihat anak kecil seimut itu mengangkat jerigen minyak susah payah. Tapi yang ada dalam pikiran saya waktu itu adalah mereka itu orang jahat. Ketika sedang ramai-ramainya, ada satu pengendara motor dari arah depan. Mesinnya mati.
Saya tiba-tiba membayangkan dia adalah monster yang menyamar jadi manusia. Masa sih motornya mati. Pasti pura-pura. Itu yang ada dalam pikiran saya waktu itu. Ketika makin dekat, saya taruh jerigen itu lalu menyambar pengendara yang sedang menuntun motor itu seperti aksi Jason menabrak monster Rita Repulsa dengan badannya ketika menyelamatkan Kimberly.
“Brakk!” kami terjatuh dan motornya menimpa kami.
Aku langsung menangis karena kakiku tertimpa rantai motor. Banyak orang yang berhenti lalu memberi pertolongan. Orang yang saya sambar waktu itu nyaris dipukuli massa karena dikira menabrak. Yang saya ingat, dia marah-marah lalu bilang kalau saya ini anak orang gila ke banyak orang.
“Anak gila, anak gila,” begitu katanya berulang kali.
Beruntung ada teman Mamak, namanya Om Djito, yang melihat kejadian itu. Saya terus diantar pulang ke rumah dan dimarahi Mamak karena menyebabkan orang lain cedera. Sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana nasib orang itu. Tapi sepertinya tidak jadi dipukuli. Bapak juga ikutan marah karena kebodohan saya menganggap diri Power Ranger lalu menabrakkan diri ke motor. Oh iya, jerigennya lupa dibawa. Ketika Mamak mendatangi TKP, katanya jerigen itu sudah tidak ada lagi. Hehehehe…
Tukang Kebun
Genre:
Tema: