Menemukan Separuh Hidupku di Agricinal

Unistri

Aku menemukan separuh hidupku di Agricinal. Pertama kali aku datang ke Agricinal ini ketika masih gadis bersama Fitri temanku tercinta. Kami datang tahun 2005 pakai bus yang disupiri orang Medan. Selama di perjalanan aku tidur biar tidak mabuk. Saat membuka mata di sebelahku duduk bapak-bapak ganjen. Dia menanyaiku macam-macam, seperti wartawan yang sedang mewawancara narasumbernya.

Dok Wikihow

“Dek mau ikut sama saya ke Medan nanti saya kenalkan dengan orang tua,” kata si bapak itu kurang ajar.

Darah mudaku yang merespon ajakannya itu. Banyak umpatan keluar dari mulutku sampai-sampai tempat yang kami tuju telah terlewati lalu dengan cemas bercampur gemetar turun di tengah jalan. Kami sangat takut karena turun di tengah jalan sepi yang dikepung pohon. Syukurlah muncul seorang pengendara motor yang menawari kami tumpangan karena arahnya juga ke perumahan guru. Kami berdua diselamatkan meski boncengan bertiga hehehehe

Aku datang ke Agricinal untuk bekerja sebagai tenaga pendidik di Sekolah Tenera. Pertama kali masuk kantor sekolah aku melihat seorang perempuan berpostur tinggi besar. Ketika itu dia mengambil air dari dispenser dengan gelas jumbo. Dia nambah lagi segelas besar habis lagi, kemudian dia tertawa sekencang–kencangnya sampai aku terkejut. Guru ini seram juga pikirku.

Setelah satu tahun bekerja di SD Tenera, aku ceritakan kesan pertamaku ke Silvi Si Boru Tompul (panggilan untuk anak perempuan dari Medan) saat melihatnya minum dari dispenser itu. Rupanya dia benar–benar guru gokil. Suatu hari kami bertemu batu besar di bawah pohon sawit saat pulang ke rumah. Tak ada hujan tak ada badai dia tiba–tiba bersimpuh di depan batu itu lalu berteriak menyebutkan namaku.

“Kenapa kau mati enggak kasih khabar Nis,” teriaknya menganggap batu itu seperti nisan. Aku pukul dia dari belakang dan si silvi lari sambil terbahak – bahak .

Di Agricinal kebahagiaanku makin lengkap karena menemukan jodoh. Kami dipertemukan tikar tetangga. Suamiku dulunya teman tetanggaku yang datang ke perumahan untuk meminjam tikar. Saat itu aku melihat kedatangannya. Sedetik kemudian ia melepaskan senyumnya yang awalnya membuatku kesal sampai aku tutup pintu rumah. Eh enggak tahunya sekarang menjadi patner hidupku hehehe itulah kehidupan rahasia Allah SWT.



Genre: Nonfiksi

Tema: memori