Resmy Greysa
Waktu libur Lebaran kami pergi ke kebun pagi-pagi sekali naik motor. Di sana enak sekali, dingin. Anginnya santai menyegarkan. Kami juga berencana mandi di sungai sore harinya. Sungai di dekat kebun kami cukup bersih sehingga aman dan enak untuk mandi.
Tugasku di sana hanya menunggu adikku di pondok tetapi udara segar di sekitar membuat mataku susah diajak kompromi. Orang tuaku tampaknya menyadari kalau aku menjaga adik dengan mata yang nyaris meram. Mereka akhirnya menyuruhku membantu mengurus kebun.
Aku menyerak pupuk bergantian dengan emak. Saat aku capek, istirahat sebentar lalu dilanjutkan emak dan begitu pula sebaliknya. Kesal dan capek bergantian datang karena kebun yang punya hawa dingin itu berubah menjadi neraka. Panas sekali di sana, matahari tidak main-main sinarnya. Badanku lengket semua akibat keringat.
Saat sore datang, kami sama-sama menuju sungai untuk mandi. Segar sekali, rasa sakit di badan yang datang setelah ditusuk-tusuk sinar matahari hilang. Selesai mandi kami diajak bapak makan mie ayam. Aku makan dengan lahap biar tenagaku yang habis diserap kerontangnya siang hari di sana cepat pulih.
Kami kembali ke rumah dengan pikiran segar dan perut kenyang. Tapi belum juga setengah jalan, hujan turun. Ya sudah kami gas saja pulang ke rumah hujan-hujanan. Dingin.
Genre: Nonfiksi
Tema: Kebun