Menyisir Sekolah dan Kolam Lumpur Demi Botol Teh Pucuk

gotong royong
Istimewa

Acara satu hari bersama para guru di sekolah memang sangat dinanti anak TK B. Anak-anak akan bersenang senang bersama ibu guru dan teman- teman sepanjang hari. Hari ini ada acara spesial, kami akan berpetualang mencari harta karun yang sudah disembunyikan di kolam lumpur.

Sebelum pencarian itu, kami mulai kegiatan dengan senam bersama dilanjutkan bermain dengan permainan yang mengasah imajinasi, memupuk rasa saling menghargai, menyayangi dan menumbuhkan kerjasama tim, serta semangat berbagi. Pokoknya seru.

Tibalah waktu pencarian harta karun. Anak- anak mencari harta karun di kolam lumpur dengan semangat. Wajah mereka sangat ceria. Pencarian harta di siang itu lebih penting daripada mencari mama dan papa mereka saat tidur siang. Tak terasa sudah jam lima sore. Saatnya pengumuman pemenang lomba. Anak-anak berteriak kegirangan karena merasa kelompok mereka paling hebat dalam menemukan harta karun. Setelah pembagian hadiah diikuti pembagian bubur kacang hijau, anak- anak bersiap- siap naik ke mobil sekolah untuk pulang.

Tiba- tiba Risda datang menghampiriku.
“Ibu guru, botol minumku hilang Bu,” lapor Risda dengan wajah sedih.
“Waduh, kok bisa Nak. Tadi disimpan di mana?”

Risda menggeleng, tampak bingung. Sebelum anak-anak naik ke mobil aku minta mereka ikut membantu mencari botol minum Risda yang hilang.
“Lumayan itu, Tupperware loh,” sahut salah satu guru.
“Waduh, nanti mamanya marah, Tupperware lho,” sambung ibu guru satunya lagi.

Mendengar kata Tupperware pencarian jadi tegang. Kehilangan Tupperware seperti kehilangan emas. Tidak ada satu ibu yang mau Tupperwarenya hilang. Ibu guru dan anak-anak pun berpencar ke area tempat bermain saat acara berlangsung. Beberapa anak melakukan pencarian di kolam lumpur, sebagian lagi ke ruang kelas.

Guru-guru menyisir tiap tempat yang mereka kira-kira sempat disinggahi Risda saat acara. Ada yang mencari di sawit- sawit tempat kami mengambil pupuk jakos. Ada juga yang mencari di sekitar rumah ibu Wati. Botol minum Risda tidak ditemukan juga.

“Botol minum kamu warna apa Risda?,” tanyaku memastikan lagi ciri-ciri botolnya.
Risda tidak menjawab. Dia diam saja dan terlihat makin bingung.

“Kita belum boleh naik ke mobil sebelum botol minum Risda ketemu. Coba periksa tasnya masing- masing. Siapa tahu enggak sengaja masuk ke tas teman-teman,” perintah Ibu Deva.

Dengan cepat anak-anak membuka tas lalu memeriksa isinya. Namun mereka tidak menemukan apapun selain barang bawaan masing-masing. Beberapa guru yang sudah mengibarkan bendera putih mengajak anak-anak naik ke mobil. Sebagian lagi belum mau menyerah, ngotot melakukan pencarian di di sekitar rumah ibu Wati.

“Jangan- jangan ini botol minum Risda,” kata ibu Deva sambil menunjukkan botol bekas minuman ringan.
“Enggak mungkin itu,” sanggah guru lainnya.

Ibu Deva pun memanggil Risda lalu menanyakan botol minum yang ada di tangannya. Risda yang melihat botol minum di tangan Bu Deva mengangguk cepat. Wajahnya jadi cerah, tidak lagi pucat seperti di tengah pencarian. Melihat Risda yang dengan cepat mengambil botol minumannya itu Bu Rosa spontan tertawa terbahak- bahak. Para guru mengira botol minum Risda yang hilang adalah Tupperware tapi ternyata botol teh pucuk.

“Duh kita sudah sibuk mencari ke sana-sini, ternyata botol minumnya Risda bekas teh pucuk. Kalau tahu begitu enggak sudah dicari ya,” kata Bu Tina lalu meledakan tawa yang tidak kalah dari Bu Rosa.

Santi Lastri
Pengurus Yayasan Bidang Umum Tenera



Genre:

Tema: