Musik Haram, Ketika…

Erna Nasution

Dok.Wikihow

Aku bukan orang yang gemar bermusik. Bermain alat musik pun aku jauh dari kata mampu Namun aku gemar mendengarkan musik, dari klasik, tradisional, sampai populer. Ketika aku mendengarkan musik jari-jariku bergerak dengan sendirinya mengikuti irama.

Entah musik itu cocok atau tidak di telinga orang aku tak peduli. Bila aku ingin bernyanyi aku langsung bernyanyi walau nada jauh dari kata sempurna. Aku tetap bernyanyi.

Seperti lagunya Nike Ardila, “Ingin Kuteriak”. Aku betul-betul berteriak maksimal, mengeluarkan volume terbesar untuk melepaskan racun-racun dalam tubuhku tetapi malah menjadi toxic di telinga orang lain. Mohon maaf, ya!

Hai Burung dengarkanlah katakan padanya aku rindu.

Lirik sederhana Farid Hardja itu sering aku dendangkan sambil menari dan merentangkan tangan ketika memasak di dapur. Rupa dan tingkahku persis orang yang kehilangan arah tetapi momen itu cukup menyenangkan hati bahkan mampu menambah citarasa masakan..

Bernyanyi kadang kala membuat jiwa sedikit lebih muda. Dari Jendela Kelas yang tak ada kacanya/Dari sana aku mulai mengenal seraut wajah berisi lamunan/ Iwan Fals mengembalikan memori SMA lalu membuatku tersenyum saat bayangan wajah si doi yang entah di mana keberadaannya sekarang datang.

Halo sang mantan, apakah engkau masih mengenalku bila kita berjumpa lagi? Aku sudah tak seperti dulu yang DUHAI, sekarang menjadi BOHAI.

Musik bisa menyentuhmu sampai ke relung hati namun bisa merusak sekaligus haram saat menikmatinya sambil berteriak dan berjoget tengah malam di komplek perumahan padat. Rumahmu pasti dirobohkan tetangga.



Genre: Nonfiksi

Tema: Musik