Oleh-Oleh adalah Teropong Kebudayaan

Anggiat R

Liburan sudah selesai. Teman-teman guru sudah kembali dari kampung atau tempat liburan dan melakukan aktivitas seperti biasanya: mencerdaskan anak bangsa. Pada awal masuk sekolah, teman-teman berlibur membawa oleh-oleh untuk kami. Semuanya enak dan lezat, apalagi mereka membawanya dengan ketulusan hati sehingga menambah selera.

Pagi itu saya mendapat titipan oleh-oleh dari teman yang mengajar di SMP sebanyak tiga bungkus. Satu dibungkus dengan kotak sedangkan dua lainnya dengan plastik. Oleh-oleh ini saya bawa pulang ke rumah. Saya buka dari bungkusannya lalu masukkan dalam toples.

Saya mulai memakan oleh-oleh yang bungkusan kotak. Rasanya lezat dan sedikit terasa dingin di

tenggorokan. Lalu saya mencoba yang dari bungkusan plastik, wah rasanya agak sedikit manis sekaligus keras tetapi tetap saya kunyah sekuat tenaga.

Pada sore hari ada teman yang berkunjung ke rumah. Saya menyajikan oleh-oleh yang diberikan. Dia mencomot makanan dalam kotak, tanggapannya sama seperti saya  enak dan terasa sedikit dingin di tenggorokan. Setelah oleh-oleh dalam kotak habis, tangannya beralih ke dalam bungkusan plastik. Ah, keripik, katanya senang.

Sepersekian detik setelah keripik itu masuk ke mulutnya, tiba-tiba teman saya muntah. Saya tanya kenapa lalu dijawab bahwa rasa makanan itu aneh, sudah melempem dan tak layak makan. Tidak selang lama datang lagi seorang kawan ke rumah. Saya tetap menyuguhkan keripik yang dibungkus plastik itu. 

Sebelum mencicipi, dia bilang keripik harus digoreng dengan minyak panas. Saya melirik ke arah teman yang pertama tadi lalu tersenyum. Kami merasa malu ternyata keripik yang kami makan itu masih mentah dan harus digoreng terlebih dahulu. Saya menuju dapur lalu segera menggorengnya dan ternyata rasanya enak sekali. Gurih.

Dalam hati saya berpikir betapa pentingnya mengenal jajanan khas dari berbagai wilayah di Indonesia. Saya yakin kuliner itu tidak melulu soal rasa. Sebab tiap wilayah pasti punya kekhasan dan kebiasaan sendiri-sendiri yang membeku lewat banyak medium, makanan salah satunya. Rasa, bentuk, dan cara penyajian kue-kue atau makanan itu semacam teropong kecil untuk melihat fenomena-fenomena kebudayaan lainnya sehingga memperluas pengetahuan.



Genre: Nonfiksi

Tema: Budaya