Wahyu Gianto
Rumah kami dekat dengan Pusat Latihan Gajah (PLG) sehingga anakku sudah akrab betul dengan wilayah di sana. Kami melewati jalan terobosan yang entah dari mana, kata anakku, adalah jalan tikus. Dengan lincah ia mendaki bukit sawit lalu turun ke lembah yang kanan-kirinya dikepung sawah usai pesta panen.
Siang itu matahari menyengat kepalaku. Tapi sengatannya tak bisa melumpuhkan niat kami mencari gajah di lokasi. Kami dengan sabar menunggu gajah di sekitar lokasi. Tampak seekor di seberang sungai. Kami tidak menyeberang, hanya main air berdua dan tanpa diduga malah melihat seekor gajah yang sedang mandi bersama pawangnya di dekat kami.
Gajah itu sepertinya menuju ke tempat pengambilan makanan di dekat kami Karena waktunya bertepatan dengan jadwal makan. Seperti kata Ketua ECC Seblat, jika ingin melihat gajah di pagi hari sekitar jam sembilan pagi saja karena mereka akan mengambil stok makanan.
Ketika gajah itu sampai kami langsung foto bersama. Kalau tidak salah nama si gajah itu Fatma. Anakku mau naik tapi aku tolak karena tidak bawa uang . Sebenarnya pawang gajah bilang tak perlu bayar kalau mau naik, tapi tak enak jika tidak memberi sesuatu pada mereka. Ahirnya kami cuma pegang-pengang Fatma saja. Kami berdoa semoga para pawang dan Fatma sehat selalu dan panjang umur agar nanti anak cucu kami masih bisa melihat mereka.
Genre: Nonfiksi
Tema: Gajah