Petaka Masak-Masakan

Betty Marpaung

Dok.Wikihow

Anakku tiga orang. Paling besar Fabian kelas 7 SMP, yang nomor dua Felix kelas 5 SD, dan yang paling kecil Athania kelas 3 SD. Mereka ini sedang lasak-lasaknya (aktif). Tidak pernah rumah kami itu diam kecuali sudah malam dan semuanya sudah tidur. Kalau sepi, malah dipertanyakan tetangga.

Tidak terasa sudah hampir tujuh bulan mereka belajar di rumah tanpa kami dampingi karena harus bekerja. Selama belajar daring ini pasti ada rasa khwatir meninggalkan mereka di rumah. Banyak nasihat dan larangan yang sudah kami berikan seperti jangan berkelahi, dilarang main api, tidak usah hidupkan kompor, dan lain sebagainya. Saat kami pulang kerja, pastilah ada laporan nasihat yang dilanggar.

Hari itu tidak biasanya suamiku datang ke sekolah. Dia minta aku pulang karena rumah kami hampir kebakaran. Panik campur khawatir terus memenuhi kepalaku saat bergegas pulang ke rumah. Dari jauh aku sudah mendengar suara Felix menangis sekencang-kencangnya. Hatiku berkecamuk mendengarnya. Syukurlah tidak terjadi apa-apa, Felix menangis karena masih kaget setelah nyaris tersambar api besar. Syukurlah Tuhan masih melindunginya.

Kejadiannya bermula dari Felix dan anak tetangga main masak-masakan di depan rumah kami. Karena gagal terus menghidupkan ranting-ranting pohon, mereka mencari minyak. Kebetulan di belakang rumah ada stok bensin 5 liter dalam jerigen lalu mereka ambil, dituang ke ranting, lalu dibakar dengan korek.

Api menyambar jerigen bensin tersebut. Untung jerigennya tidak di samping anak-anak, aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi bila api itu memakan mereka juga. Syukurlah waktu kejadian itu Om Trikus main ke rumah untuk mengambil Mobil. Dia ikut menyelamatkan anak-anak. Sampai sekarang aku masih takut meninggalkan anak-anak di rumah. Semoga Corona cepat berlalu supaya mereka belajar dan main di sekolah karena lebih aman.



Genre: Nonfiksi

Tema: Keluarga