Rafflesia Motions awalnya Komunitas Film Indie Bengkulu yang berdiri pada tanggal 24 Agustus 2012, Mereka punya visi menghasilkan karya audio visual yang orisinil untuk memperkaya budaya Indonesia, berkebebasan dalam berkarya, mengedepankan kemandirian, dan ikut andil dalam proses mencerdaskan bangsa.
Rafflesia Motions selalu mengedepankan kedisiplinan, jiwa kekeluargaan, dan manajemen dalam wadah organisasi. Misi lainnya: memasyarakatkan film dan memfilmkan masyarakat, wadah silaturahmi bagi para sineas film dan pemerhati perfilman, turut andil dalam memajukan perfilman Indonesia, membuat tayangan audio visual yang berkualitas, juga berprestasi di bidang sinematografi.
Pada 2 Agustus 2016, Rafflesia Motions resmi menjadi CV. Rafflesia Motions Productions, sebuah rumah produksi yang ada di kota Bengkulu yang bergerak di bidang jasa audio visual dengan nomor akta pendirian, No. 16 tanggal 2 Agustus 2016. Sederet prestasi sudah mereka raih sebelum dan sesudah menjadi CV.
Ada kisah unik selama empat tahun lebih perjalanan mereka, yang berawal dari komunitas menjadi CV. Sofian Ramadan, Koordinator Rafflesia Motions berkisah panjang lebar tentang kisah dan perjuangan mereka memasyarakatkan film pada tim Nyalanya. Berikut petikan obrolannya.
Nyalanya (N): Halo Kak Sofian. Nyalanya penasaran nih sama Rafflesia Motions. Pas baca caption foto di Instagram Raflesia Motions di sana ditulis kalau Raflesia Motions itu wadah kreativias. Apa sih pemicu atau pemacu berdirinya Raflesia Motions?
Sofian (S): Halo Nyalanya. Kami hadir untuk berkarya demi memajukan Bengkulu di bidang audio visual atau sinematografi. Karya-karya yang unik dan ekspresif untuk memperkenalkan Bengkulu sekaligus mempromosikan Bengkulu lewat tayangan film pendek, fiksi maupun dokumenter.
Di samping itu di Bengkulu sangat minim wadah atau ruang untuk mempresentasikan karya-karya film indie atau lokal sehingga Rafflesia Motions berinovasi membangun spirit kreativitas dan sekaligus menciptakan ruang-ruang apresiasi setiap tahunnya untuk para sineas lokal Bengkulu. Begitu..
N: Rata-rata usia remaja atau anak muda yang pernah belajar bareng di Rafflesia Motions berapa Kak? Terus apakah ada semacam silabus buat menumbuhkembangkan minat mereka dan apakah ada pakem yang dibagikan pada anak muda yang ikut belajar bareng?
S:Rentang Usia remaja yang pernah belajar di Rafflesia Motions dan terlibat di penggarapan film berkisar antara 16 – 22 tahun. mereka rata-rata siswa SMK jurusan Broadcasting atau multimedia yang ada di Bengkulu. Tahun 2017 ini Rafflesia Motions telah menerima anak magang dari SMK Jurusan Multimedia yang ada di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara.
Selama magang mereka terlibat di penggarapan film terbaru Rafflesia Motions dan mereka juga dituntut membuat film pendek untuk mereka sendiri dengan bimbingan tim Rafflesia Motions. Di Rafflesia Motions kami telah menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP). Artinya kami bekarya di sini sesuai minat masing-masing dan kami pun bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Misal penyutradaraan, kameramen, penulis naskah atau skenaruo, penata artistik, penata audio, editor dan lain-lain.
Nah anak muda yang ikut terlibat bersama kami sebelumnya kita tanya mereka mayor/peminatan di audio visual di mananya. Misal kameramen, kita akan membimbing mereka bagaimana mengambil gambar video yang benar sesuai dengan teknik dasar di bidang sinematografi, begitupun dengan peminatan yang lain di bidang audio visual. intinya kami punya silabus atau pakem yang dibagikan baik secara langsung lewat praktek maupun teori lewat workshop atau presentasi.
N: Susah enggak Kak mengajak anak muda/remaja peduli dengan budaya pengarsipan lewat video dengan merekam berbagai fenomen di realita sosial atau imajinasi mereka?
S:Gampang-gampang susah. Untuk Bengkulu bisa di bilang masih sedikit sekali anak muda yang peduli dan mau belajar. Tapi kami terus kampanyekan gerakan bahwa bikin film itu mudah. Lewat roadshow kami ke sekolah-sekolah yang ada di Bengkulu bikim pemutaran film, diskusi dan juga workshop.
N:Selama tiga tahun sudah ikut berbagai ajang festival film pendek. Film “Onthel” kabarnya paling sering dibicarakan. “Onthel” berkisah tentang apa sih Kak? Ada cerita pengalaman asyik saat pembuatan film itu?
S: “Onthel Kakek Suryo” film pertama yang saya sutradarai bersama rumah produksi Rafflesia Motions. Film ini menjadi juara pertama pada Festival Film Indie Bengkulu tahun 2015 yang diadakan Teater Jengkal bekerjasama dengan Kemendikbud. Di banding film-film yang kami buat sebelumnya “Onthel Kakek Suryo” film pertama yang dibuat dengan menerapkan SOP produksi film yang ada.
“Onthel Kakek Suryo” berkisah tentang perjuangan Seorang Kakek mantan kurir di zaman kemerdekaan RI yang sekarang bekerja sebagai penyapu jalan, tinggal bersama seorang cucu yang sudah yatim piatu bernama Ujang. Kakek Suryo memiliki Sepeda Onthel yang sangat bersejarah baginya dan merupakan harta satu-satunya. Demi pendidikan yang lebih tinggi untuk Ujang, kakek Suryo rela harus kehilangan sepeda penuh kenangan tersebut.
Film “Onthel Kakek Suryo” diperankan Bapak Agus Susatya sebagai Kakek Suryo. Beliau adalah Seniman, Sejarahwan sekaligus Budayawan Bengkulu. Beliau juga sebagai ketua komunitas sepeda onthel yang ada di Bengkulu. Onthel yang kami gunakan dalam film ini adalah milik beliau. Selama syuting, kebersamaan dan kekeluargaan terjalin dengan baik antara talen dan kru produksi.
Yang menarik lagi ketika syuting scene flashback ketika Kekek Suryo muda, kami harus menyeting lokasi dan juga wardrobe kembali ke zaman Bengkulu Tempo Dulu di kawasan kota tua Kampung Cina. Saya sebagai sutradara pun ikut bermain sebagai figuran dengan kostum demang yang sedang mengendarai Sepeda Onthel.
N:Hahaha seru juga ya Kak. Oh iya, kan kemarin ikutan di Kemah Hijau Utara di Kecamatan Putri Hijau. Selama di sana Rafflesia Motions ngapain saja Kak?
S:Kami sangat senang ketika Rafflesia Motions di undang sebagai pemateri dalam kegiatan Kemah Hijau Utara 28-29 April 2017. Saya dan rekan Robby Fachru Rozie membawakan Materi Pembuatan Film Pendek kepada para pelajar SMP dan SMA yang merupakan peserta Kemah Hijau se-Kecamatan Putri Hijau Kab. Bengkulu Utara. Di samping memberikan materi pembuatan film pendek kami juga menjadi juri lomba film pendek lingkungan dalam rangka kemah hijau utara ini.
Kami juga mendokumentasikan kegiatan kemah hijau utara dalam sebuah tayangan video pendek berdurasi 4 menit yang bertujuan untuk memperkenalkan kegiatan kemah hijau utara sekaligus menginspirasi banyak pihak bahwa banyak cara yang kreatif dan menyenangkan untuk mengajak para pelajar untuk mencintai alam, lingkungan, bumi dan sesama manusia seperti kegiatan kemah hijau utara ini dan semoga bisa melahirkan kegiatan serupa di daerah atau tempat lain di Bengkulu.
N: Kak, bagi tips dan trik bikin film sederhana untuk anak muda dong, terutama bagi perekaman via kamera atau DSLR.
S:Boleh. Ada beberapa hal yang harus lebih dulu diperhatikan. Tips membuat film pendek dengan DSLR yang pertama adalah dengan mengatur setting kamera. Setting kamera ini meliputi Shutter Speed, Resolusi, ISO dan Diafragma. Hal paling dasar untuk membuat film pendek maksimal dengan DSLR adalah pengaturan yang tepat dalam 4 hal tersebut.
Selain settingan kamera, warna juga harus diatur sebagai tips membuat film pendek dengan DSLR yang baik dan benar. Warna yang dipilih harus sesuai dengan konsep film pendek. Caranya, cukup mengatur dan memilih opsi white balance secara otomatis maupun secara manual. Beberapa contoh pengaturan warna adalah flashlight, daylight untuk suasana cerah, fluorescent untuk suasana agak redup layaknya lampu neon, cloudy untuk suasana yang mendung dan agak gelap atau lampu pijar yang membuat suasana damai dan tenang. Penentuannya berdasarkan derajat Kelvin, yang baik adalah 2600 K – 5600 K untuk pengaturan secara manual.
Jangan lupa mengatur latar belakang film demi hasil yang berkualitas tinggi. Jika kita menggunakan latar belakang siang hari, penggunaan filter ND wajib demi hasil video yang tidak over exposure karena cahaya matahari. Filter ND ini memang berfungsi sebagai peredam cahaya matahari. Sedangkan, jika kita menggunakan latar belakang yang bokeh, kita harus menggunakan lensa yang berukuran besar seperti f2.8 dan focal length yang panjang.
Tips membuat film pendek dengan DSLR yang terakhir adalah menggunakan alat tambahan yaitu Mikrofon Eksternal dan Penstabil. Penggunaan Mikrofon Eksternal berfungsi untuk menghasilkan suara film pendek yang jelas, jernih dan keras. Sedangkan penstabil berfungsi untuk menstabilkan pengambilan gambar pada film pendek agar tidak terjadi video yang goyang karena ketidakstabilan tangan selama pengambilan gambar. Beberapa contoh alat penstabil yang biasa digunakan pada DSLR adalah Shoulder Rig, Tripod, Rig genggam, dan lainnya.
Kesuksesan sebuah film pendek juga tergantung lebih dari kreativitas dan kerjasama.
N: Terakhir nih Kak. Definisikan Nyalanya dalam satu kata dong.
S: Menginspirasi.
Genre:
Tema: