Salah Terima Nasihat, Tahu pun Dijemur

Betty Marpaung

Dok. Wikihow

Sekolah masih tiga kali pertemuan dalam seminggu. Anakku dapat jadwal hari Senin, Rabu, dan Jumat. Otomatis Selasa dan Kamis mereka di rumah.Setelah tragedi masak-masakan Felix (baca: Petaka Masak-Masakan) aku lebih hati-hati meninggalkan anak di rumah. Seringkali aku ingatkan mereka jangan hidupkan api atau kompor.

Sebagai seorang ibu rumah tangga yang sekaligus bekerja, nasi dan lauk sudah harus masak sebelum aku berangkat kerja. Seperti biasa hari itu aku ikan nila arsik. Setelah beres saya mandi lalu siap-siap berangkat ke sekolah. Aku intip kamar anak-anakku sebelum berangkat, mereka masih lepap. Kasihan kalau dibangunkan, kalau sudah bangun mereka langsung mandi lalu sarapan sendiri. Anakku sudah terbiasa mandiri untuk mengurus diri sendiri.

​Saya langsung menuju dapur saat pulang ke rumah karena perut sudah keroncongan. Tidak sabar rasanya melahap lauk yang aku masak sebelum berangkat. Saya heran kok ikannya tidak berkurang, hanya nasinya yang berkurang banyak. Apa anak-anak tidak makan? tanyaku dalam hati.

“Abang sama Atha enggak makan ikan ya?” tanyaku ke Felix, anak tertuaku.
“Makan kok Ma,” jawabnya enteng.
“Kalau makan kenapa ikannya tidak berkurang,?”

Felix jawab tidak suka ikan lalu makan tahu goreng di kulkas. Pikiranku ke mana-mana, pastilah mereka menghidupkan kompor lagi untuk memanaskan tahu itu. Segera saja aku sergap mereka dengan pertanyaan berikutnya.

“Siapa yang memanaskannya Bang,?” tanyaku.
“Sebelum makan kami jemur dulu tahunya, kata mama kan tidak boleh hidupkan kompor”

Aku langsung terdiam. Ada rasa sedih juga mendengarkannya. Ada saja kerjaan anak-anak ini, jadi serba salah deh.



Genre: Nonfiksi

Tema: Keluarga