Anonim
Kasihan bumi. Dia menua dengan menanggung para manusia bodoh yang kerap membuang sampah ke mulutnya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana saat bumi sekarat nanti. Bunga-bunga yang indah mungkin tidak ada lagi. Air segar mungkin tinggal cerita dari kakek ke cucu. Ini semua karena kita, terlalu abai dengan sampah minuman atau makanan dari plastik. Ringan saja meninggalkannya ke tanah padahal banyak cara untuk mengelolanya.
Saya mungkin juga bagian dari orang-orang yang abai dengan sampah plastik. Tapi setelah selesai menonton film “Pulau Plastik” saya sadar betapa rusaknya lingkungan kita sekarang. Di film itu kita diperlihatkan bagaimana sampah tidak hanya menggunung di daratan tapi sudah berenang bebas ke lautan. Saya sangat berharap film itu bisa mengubah perilaku orang-orang sehingga mulai merawat bumi yang tua ini.
Dari pekarangan rumah lalu ke masyarakat, begitulah saya belajar mengelola sampah. Persis seperti Sekolah Tenera, di mana kami sudah diajarkan untuk mengelola sampah plastik dan membuatnya menjadi karya tangan yang bermanfaat.
Genre: Nonfiksi
Tema: Film