Tanggung Jawab dalam Setoples Kue

Yosia

Dok.Wikihow

Natal adalah momen tersibuk bagi keluarga kami. Banyak hal yang harus disiapkan untuk acara keluarga dan ibadah. Untungnya keluarga kami suka gotong royong dalam mengerjakannya. Bahasa kami sih sebenarnya ‘bagi tugas’ karena lebih pas begitu.

Seperti yang terjadi saat mau memasak kue. Mama membagi tugas. Dia membuat adonan. Kakak mencetak lalu memanggang adonan sedangkan aku bertugas menyusun kue yang sudah matang itu dalam toples lalu ditaruh di atas meja.

Mama punya urusan lain di luar rumah pagi itu sehingga bergegas pergi setelah beres menyiapkan adonan. Kami mengobrol di dapur sambil menunggu kue matang. Obrolan kakak beradik itu sangat seru sehingga kami lupa mengecek kue yang rupanya sudah gosong dalam panggangan.

Kami panik mencium bau gosong lalu cepat-cepat mengeluarkan kue dari panggangan. Kalau sampai ketahuan Mama bisa habis kami dimarahi. Di tengah rasa takut itu, kakak punya ide untuk menghapus jejak kue gosong melibatkan ayam peliharaan. Kami buang kue gosong itu ke kandang ayam dengan harapan dilahap habis sama mereka.

Serapat-rapatnya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Arti peribahasa itu menjelaskan momen selanjutnya. Wajah mama terlihat kesal sekali pada kami setelah melihat kue gosong itu di sekitar kandang ayam. Mama langsung memarahi kami tanpa henti.

Ayam saja tidak doyan dengan kue gosong itu. Namun, mama bilang ini bukan soal kue gosong melainkan tentang tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Kami baru menyadari hal itu lalu berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi.



Genre: Nonfiksi

Tema: Keluarga