Yosafat
Tiap minggu sore aku selalu main bola kaki di halaman samping rumah. Aku main sama teman-teman, ada Ferdi, Felo, dan Oriza. Kami biasa main dua lawan dua dan sebelum kick off kami selalu mempersiapkan beberapa hal.
Kami ‘sut’ dulu untuk pilih tim dan tempat lalu menumpuk sandal-sandal sebagai tiang gawang. Aku satu tim dengan Ferdi waktu itu. Setelah lengkap semuanya baru kami main bola kaki.
“Woi..mainnya jangan curang ya!” teriak Felo beberapa detik setelah kick off.
“Enggak, kami mainnya enggak curang ya,” balasku.
Aku lihat Ferdi diam saja, tidak berlari mengejar bola. Melamun begitu. Aku teriakin lah dia. “Woi Ferdi, buka mata. Tengok matamu ke bola!” teriakku. Setelah itu baru Ferdi mengejar dan kami berusaha merampas bola dari kaki Felo. Bola berhasil aku dapatkan lalu aku oper ke Ferdi.
Baru juga di kaki Ferdi, bola sudah direbut lagi. Tendangan Oriza ke gawang aku barengi dengan teriakan lagi ke Ferdi. “Tengok bolanya Ferdi, tangkap!” dan Ferdi pun berhasil menangkap bola. Tapi habis itu lagi-lagi dia terdiam, wajahnya mau menangis. Aku tanya kenapa ternyata dia jawab wajahnya kena tahi sapi yang menempel di bola. Wah, kasihan sekali.
Genre: Nonfiksi
Tema: Sepakbola