Santi Lastri
Teng teng teng……
Lonceng berbunyi tanda masuk. Anak–anak Kelas Kecil penuh semangat langsung membuat barisan di depan kelas. Seperti biasa sebelum masuk sebelum masuk kelas anak-anak harus menirukan suatu gerakan yang diperintahkan Ibu Guru.
“Pagi Teman –teman……” sapa Ku
“Pagi Bu Guru………..” jawab anak -anak
Hari ini kita masuk kelas sambil menirukan gerakan burung……terbang………..!
“Iya Bu…” jawab anak –anak penuh semangat
Anak–anak langsung menirukan burung terbang saat masuk kelas. Setelah bernyanyi dan mengucap salam, kami kembali memulai kegiatan hari itu.
“Teman–teman…hari ini kita mendapat teman baru.Anak pindahan dari TK Afdeling tiga. Teman–teman mau kenalan ga?” tanyaku.
“Mau Bu.”
“Jolin ayo kesini Nak.” aku membujuknya supaya ke depan kelas
Tampaknya Jolin agak sedikit malu. Aku langsung menghampiri Jolin ke tempat duduknya lalu mengajaknya. Akhirnya Jolin pun mau maju.
“Jolin perkenalkan diri sama teman–teman ya… Nak.”
Dengan bahasa yang sedikit aku kurang mengerti, Jolin pun menganggukan kepalanya, dengan bantuan Ibu Guru akhirnya jolin selesai juga perkenalan di depan kelas.
Mulai hari ini Jolin akan belajar bersama teman–teman disini ya. Jolin duduk dekat Andreas ya nak.”
Tiba–tiba Andreas berteriak dan mengatakan dia tidak mau duduk dengan Jolin. Aku rayu dia, dengan wajah kurang senang akhirnya Andreas menganggukkan kepalanya. Setelah acara kenal-kenalan beres, kami mulai kegiatan bermain hari itu. AKu lihat semua anak memandang aneh dan heran terhadap Jolin. Tapi saya langsung mengalihkan perhatian mereka dengan mengajak mereka bernyanyi sambil mengelilingi ruang kelas.
Di saat saya dan Ibu Eva sedang mengajari mereka membuat kolase pohon, tiba- tiba Kesya datang menghampiri saya…
“Jolin kenapa Bu?” tanya Kesya. Jolin baik –baik saja Nak, jawabku.
“Jolin kok ngences terus Bu? “ kembali Kesya bertanya.
Saya kaget dan langsung mendekati Kesya lalu menjelaskan bahwa Jolin itu tidak apa- apa. Jolin sama dengan anak-anak lainnya. Yang membuat Kesya heran adalah ludah Jolin keluar terus. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi karena apabila kujelaskan lebih detail, Kesya tidak akan mengerti. Aku pun langsung mengajak Kesya untuk melanjutkan kolase pohonnya.
Jolin memang fisiknya agak lemah. Informasi yang kami terima dari orang tuanya, Jolin lahir dengan cara di-vacum. Dan akibatnya Jolin seperti itu. Kami tidak tahu kenapa setiap saat air liurnya keluar terus membasahi handuk kecil yang selalu dililitkan dilehernya. Hari berganti hari. Pertanyaan yang sama juga dilontarkan semua anak–anak kelas kecil. Semua anak bertanya kondisi Jolin dan tidak ada yang mau duduk sebangku dengannya.
Aku salut melihat semangat Jolin yang ingin sekolah terus walau dia tidak seperti anak–anak yang lain. Jolin tetap berusaha mengerjakan tugas yang diberikan Ibu Guru. Walau dia sering diejek, Jolin tidak merasa sedih bahkan menangis. Jolin anak yang hebat. Baru kali ini aku menemukan anak didik seperti Jolin. Tangannya tidak sekuat anak–anak yang lain tapi Jolin berusaha melakukan apapun tanpa minta tolong sama teman bahkan sama Ibu Guru.
Aku banyak belajar dari Jolin. Semangatnya, kebaikannya, dan keceriaannya. Walau Jolin sering disakiti oleh temannya, dia berusaha untuk tetap baik. Walau dia berbicara kurang jelas, namun Jolin selalu berusaha untuk bernyanyi dan mengikuti syair serta doa. Jolin kamu anak hebat Nak.
Santi Lastri
Sekolah tenera Bengkulu Utara
Genre:
Tema: