Tinggal di Rumah Besar Itu Capek Bersih-Bersihnya

Dana Sena

Ilustrasi by Dapur Design

Teman-temanku bilang tinggal di rumah besar seperti istana itu enak. Seperti di film dan sinetron televisi, kata mereka. Atau di rumahnya artis Raffi Ahmad yang besar dan punya banyak mobil. Di dalam rumah pakai sandal dan tidak sumpek. Begitu kata mereka saat kami ngobrol pas istirahat di kantin sekolah. Aku tidak setuju tapi tidak berani memberi pendapat karena takut nanti dikata-kata mereka kalau aku kampungan.

Aku tidak suka tinggal di rumah besar. Aku merasakannya sewaktu kelas tiga SD waktu berkunjung ke rumah Tante di Kota Bengkulu. Rumahnya besar. Tingkat dua dan luas. Halamanya juga luas sekali dengan pagar raksasa.

Di rumah Tante, aku dan Mamakku malah bingung mau ngapain. Setelah makan misalnya, kami tidak boleh membereskan piring karena sudah ada pembantu yang melakukannya. Saat sore hari, Mamak membantu Bibi yang bantu-bantu di sana menyapu rumah lalu kecapekan. Kata Mamak saking luasnya rumah Tante menyapunya jadi capek sekali. Mamak pun akhirnya diketawai Bibi setelah bercerita.

Rumah tante beda dengan rumahku. Rumahku kecil dan tidak bertingkat. Hanya ada satu ruang tamu, ruang tengah, dapur, dan dua kamar tidur. Mamak tidur dengan Papaku sedang aku tidur dengan Kakak. Di sana tidak ada rahasia. Apa yang aku bicarakan dengan Kakak akan terdengar sama Ibuku. Pernah suatu hari Kakak cerita di dalam kamar kalau butuh sepeda motor untuk sekolah. Mama dengar dan bilang belum punya duit buat beli sepeda motor. Pernah juga Mamak dan Papa bertengkar dan kami dengar lalu sedih.

Tapi kami selalu tolong menolong dan sering berkumpul bersama di ruang tengah. Karena rumahku kecil, aku tidak butuh Bibi (pembantu). Mamak juga tidak pernah capek ketika menyapu rumah atau membersihkan daun kering pohon belimbing di halaman yang masuk teras. Kalau mau memanggil kami, Mamak tidak perlu teriak-teriak seperti Tante yang panggil Bibi buat membersihkan piring karena kamar Bibi yang jauh. Saat makan, kami bisa sambil nonton tv di ruang tengah.

Dulu aku sempat berpikir juga kalau punya rumah besar itu enak. Apalagi pas diajak ke rumah Tante di Bengkulu yang kata Mamak rumahnya besar seperti Mall. Tapi pas di sana ternyata tidak enak karena melihat bibi menyapunya lama dan Tante yang sering teriak-teriak panggil Bibi.

Terus pas jalan-jalan ke rumah Ibu Fatmawati, Mamak bilang kalau Ibu Negara itu tinggal di rumah kecil tapi jadi orang besar. Sejak saat itu aku bersyukur dengan rumah kami. Meski kecil tapi hangat. Biar kecil yang tinggal di rumahku bisa jadi orang besar suatu saat nanti.

Dana Sena

Kelas VI SD



Genre:

Tema: