Ernes Reinata Rumapea
Hujan. Di saat yang lain ingin mencapai tempat tertinggi, ia malah menuju tempat terendah. Melewati bebatuan, rumput, dan semua benda yang menghambat alirannya hingga sampai ke tujuan yang ia mau.
Aku Likoliv Aratta, kerap dipanggil Oliv. Bisa dibilang aku adalah gadis cantik dan bertalenta yang menyukai hujan. Bagiku hujan adalah ketenangan. Suara bisingnya mampu menyamarkan segala hal yang membawa kedamaian. Saat ini hujan turun lagi, rintik nya berlomba-lomba mendarat di bumi seakan jatuh adalah hal yang ditunggunya.
Aku duduk di jendela berukuran cukup besar dengan posisi menyamping sambil memandangi hujan. Manik mata hazelku tak lepas dari ujung genting yang terus menurut menjatuhkan butiran demi butiran air. Mungkin dewi fortuna sedang berpihak padaku, karena hujan kembali membawa kedamaian di hatiku.
Membaca novel adalah hal yang memberikan ketenangan sekalian kegelisah bagi ku, kalian mengerti? Tidak? Ya biarlah, cukup aku yang tahu. Sudah beberapa hari yang lalu aku menyelesaikan novel itu. Novel itu memberikan pengaruh imajinasi yang banyak. Sosok calon kesatria yang melarikan diri pada malam sebelum pelantikannya. Dia melanggar aturan untuk tidak berbicara, tidak bersenjata, serta berdiam diri dalam Kapel.
Ia dengan teman-temannya harus berdoa serta meneguhkan diri untuk menjadi seorang kesatria yang sejati. Tiuri yang berparas tampan, gagah dan menawan. Seorang calon kesatria yang diberikan sebuah mandat dari seorang tua untuk menyampaikan surat pada raja di kerajaan seberang. Menyampaikan surat itu tidak semudah yang dibayangkan. Melewati hutan belantara yang sunyi dengan malam yang gelap. Menerjang bengawan yang luas, serta rasa waspada dari serangan musuh yang ingin merampas surat itu.
Sampai saat Tiuri sampai di Kerajaan Unnawen. Dia bertemu dengan raja dan menyampaikan surat itu. Membaca setiap perjuangan dari seorang Tiuri, membuatku ingin berjumpa dengannya. Kesatria berani, gagah, dan menawan. Ketika kembali ke kerajaannya Tiuri resmi dinobatkan menjadi kesatria. Tiuri dari Dagonaut julukannya.
Kisah ini memberikan banyak pelajaran bagiku. Dunia ini sulit, namun berharga. Ada yang berkata bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya kesempatan kedua. Aku setuju, tetapi akan ada kesempatan yang lebih besar. Kisah Tiuri membuatku percaya Tuhan punya rencana di hidupku. Kita hanya perlu menunggu dan menjalani. Tidak perlu sesempurna orang lain, aku hanya ingin terus lebih baik dari sebelumnya.
Genre: Fiksi and Nonfiksi
Tema: Novel