Ririn Mustika
Sistem belajar di rumah bukanlah hal yang mudah diterapkan, banyak persiapan yang harus dilakukan oleh guru, siswa maupun orang tua. Salah satunya setiap orang tua harus memiliki ponsel android, dan memiliki aplikasi WhatsApp karena lewat itulah selama semua materi dan tugas-tugas akan diberikan.
Pembelajaran daring sudah berlangsung selama kurang lebih enam bulan, terhitung sejak bulan Maret sampai Agustus. Banyak sekali kerinduan yang mereka tahan selama belajar daring. Awal bulan September, pembelajaran tatap muka berlangsung, masih dalam suasana pandemi jadi tetap mematuhi protokol kesehatan. Anak-anak sangat riang sekali masuk sekolah karena akan melepas rindu, begitu juga kami para guru.
Hari pertama masuk sekolah, kami saling bertukar cerita. Muridku bernama Charel di kelas IV terlihat paling senang saat bercerita. Ia bahagia sekali bisa bertemu teman-teman setelah menghadapi banyak duka selama belajar di rumah. Katanya dia itu selalu kena marah Mamak saat belajar atau mengerjakan tugas.
“Kenapa Charel dimarah Mamak?,” tanyaku penasaran.
“Karena aku enggak bisa-bisa Bu. Padahal sudah aku tulis semuanya, sudah aku kerjakan semuanya masih juga dimarah-marah, pusing kali Mamak itu. Mungkin karena Mamak enggak tahu cara ngajarin aku. Mamakku pun tak pintar mainkan HP,” ceritanya lalu tertawa terbahak-bahak.
Ceritanya tidak berhenti sampai di sana. Setelah dimarahi ibunya, Charel disuruh cuci piring. Dobel pula bosannya Charel selama belajar daring di rumah. “Ujung-ujungnya Bu, aku disuruh cuci piring terus. Cuci piring, setiap hari, bosan aku di rumah cuci piring terus,” keluhnya.
Genre: Nonfiksi
Tema: sekolah