Diseruduk Sapi Birahi Lalu Jaga Ladang dari Serbuan Babi

Bekti Satiani

Meski perempuan, aku juga mengembala kambing dan sapi saat kecil dulu. Kambing dan sapiku jumlahnya tiga ekor. Aku dan Adik sering mengembala kambing di belakang kantor Balai Desa. Sapi dan kambingku sudah jinak, jadi kami bisa menaikinya sambil baca majalah Bobo yang dibeli dari Pasar Air Muring. Ya walau itu hanya majalah bekas, aku sangat suka dan merawatnya. Saat masih kecil sekali aku pernah ditanduk sapi jantanku yang sedang birahi hingga terlempar sampai dua meter. Besoknya aku tidak sekolah karena badanku memar.

Dok.Pitsirikos.net

Selain mengembala ternak, aku juga suka ke rawa-rawa membantu Ayahku mencari makan sapi dan kambing. Rawanya sangat luas. Kami bisa tidur-tiduran atau berlari di atasnya. Tapi airnya berwarna kekuningan seperti berkarat. Sering juga kami digigit Pacet, itu lho hewan kecil seperti cacing yang menghisap darah. Gara-gara sering digigit sebelum ke rawa aku memakaikan plastik di dua kaki agar aman dari sergapan mereka.

Masa kecil dulu juga sering kami habiskan di ladang. Aku, Adikku, dan Orang Tua ke ladang menanam kacang tanah dan padi darat. Kami sering menginap di ladang menjaga tanaman dari serbuan babi dan burung. Kami membuat orang-orangan dari plastik dan rumput ilalang menakuti burung. Aku juga sering melihat Ayah memasang bambu yang sudah dilengkungkan mengelilingi ladang kami kemudian ditambah potongan bambu yang dibalik.

Yang membuatku aneh adalah di atas bambu itu diberi rambut rontok Ibuku atau Aku. Setelah senja rambut itu dibakar. Kata Orang Tuaku Babi akan takut dengan aroma rambut yang dibakar. Sampai sekarang sih percaya enggak percaya. Bebas dari serbuan Babi dan burung kami pun tambah giat menanam, kami tanam cabe, timun, tomat kecil untuk dijual di Pasar Air Muring. Ada juga pemborong sayur datang ke rumah tiap minggu.

Bekti Satiani
Tenera Bengkulu Utara



Genre:

Tema: