Bertukar Budaya di Rumah Nenek

Saskia Gita

Foto: Researchleap

Liburan kemarin keluargaku main ke rumah nenek. Selain temu kangen dan menghabiskan waktu liburan sekolah, ada pesta pernikahan bibiku di rumah nenek. Awalnya aku sedikit bosan tapi lama-lama jadi betah banget apalagi pas mendengar ada wifi di rumah nenek, gratis pula. Terkadang aku main internet sampai jam 1 malam. Padahal biasanya pas enggak ada wifi cuma sampai jam 11 malam. Puas sekali rasanya bisa internetan pakai wifi, pulsa dataku awet banget.

Terus selama di rumah nenek aku mendapat banyak teman baru. Ada yang seumuran, lebih tua, dan ada juga yang lebih muda. Ternyata karakter anak di sekitar rumah nenek beda banget sama Tenera lho. Contohnya cara dan aturan permainan yang berbeda, gaya bicara, dan banyak lagi deh. Di Tenera atau di rumah, bicara harus memakai bahasa Indonesia, tapi di sana boleh memakai bahasa daerah. Ada juga sih yang pakai bahasa Indonesia tapi lebih banyak kawan yang memakai bahasa daerah.

Perbedaan itu sangat mengejutkan buatku, apalagi soal etika yang di Tenera sebenarnya lebih sopan. Tapi aku tidak mempermasalahkannya, aku bergaul dengan mereka lalu kami menjadi akrab. Aku juga membiasakan diri menggunakan bahasa daerah dengan mereka. Tidak lupa aku cerita tentang kebiasaan-kebiasaan di Tenera. Entah kenapa di sana aku sangat bangga menjadi bagian dari Tenera.

Selama kami bertukar cerita, banyak sekali kejadian-kejadian lucu dan mengagetkan. Kejadian itulah yang membuat kami cepat akrab meski berbeda kebiasaan. Saat kami pulang, aku tidak bisa menahan air mata karena berpisah dengan teman-teman baruku. Sampai-sampai keluargaku heran kenapa aku bisa menangis seperti itu.



Genre: Nonfiksi

Tema: Budaya