Menanti Lonceng yang Tak Pernah Datang

Juminem

Dok https://i.pinimg.com/originals/f5/1a/ce/f51ace56927b5d191d217e03b96ef935.jpg

Beberapa bulan yang lalu SD Tenera mengadakan Ujian Akhir Sekolah (UAS). Seperti biasa para guru mendapat jadwal mengawas kecuali guru kelas 6. Setiap hari ada dua mata pelajaran yang diujikan.

Hari pertama ujian, aku mengawas ujian pelajaran agama di ruang 2. Sebelum dimulai, aku jelaskan tata tertib ujian ke anak-anak. Bunyi lonceng satu kali menandakan mereka mengisi data peserta. Lonceng dua kali tanda mulai mengerjakan soal.

Lonceng pertama berbunyi, aku segera membagi Lembar Jawaban Kerja (LJK) lalu anak – anak mengisi data peserta. Setelah itu aku membagikan lembar soal. Karena lonceng dua kali, tanda mulai mengerjakan tak kunjung datang, anak–anak inisiatif mengerjakan soal. Mungkin guru yang piket lupa.

Suasana kelas sepi karena para siswa sibuk dengan soal di depannya. Setelah kira-kira satu jam, suasana kelas mulai seperti biasa: ramai, tanda anak-anak selesai mengerjakan soal. Aku dekati meja mereka, memeriksa apakah ada siswa yang belum mengisi data.

Aku berhenti di meja salah seorang siswa. Betapa terkejutnya aku karena lembar jawabannya masih kosong sedangkan waktu tinggal dua puluh menit.

“Kenapa masih kosong Nak?” tanyaku.
”Bel belum berbunyi Bu,” jawab anak itu polos.

Kasihan betul dia. Gara-gara lonceng tidak berbunyi, soalnya didiamkan saja. Namun aku heran kenapa anak tersebut tidak mau bertanya dengan teman di dekatnya. Eh, mungkin nanti dia dikira mencontek apa ya? Jujur benar anak ini.

Akhirnya dia aku suruh cepat–cepat mengerjakan karena waktu tinggal sedikit lagi. Tidak lama kemudian lonceng tanda berakhirnya ujian berbunyi dan semua anak–anak meninggalkan lembar jawaban di meja dan pulang ke rumah masing – masing.



Genre: Nonfiksi

Tema: Sekolah