Perasaan dalam Cokelat yang Harus Aku Abaikan

Sari RomauliS

Dok Wikihow

Hari kasih sayang bahasa kerennya  Valentine jadi hari yang ditunggu anak-anak muda yang sedang kasmaran. Selalu ada kiriman cokelat berbagai bentuk. Waktu aku masih sekolah di SMA Carolus Bengkulu, aku tidak begitu mengerti dan tahu apa itu Valentine dan kebiasaan tukar cokelat atau bunga untuk menyampaikan perasaan yang bergejolak dalam dada itu.

Saat itu aku baru saja turun dari mobil antar jemput. Aku berlari  menuju kelasku yang terletak di lantai dua. Aku masuk kelas bersama kawan-kawanku. Ketika aku memasukkan tas ke dalam laci meja  aku menemukan dua cokelat dan gantungan tas kecil berbentuk anjing. 

Tidak ada ada nama pengirimnya. Aku melihat sekeliling, tidak ada yang berubah dari wajah teman-temanku. Namun teman sebangkuku yang bernama Siska mencolekku. Dia bilang juga mendapatkan cokelat misterius. Akhirnya kami berdua tertawa bahagia dan menikmatinya karena mendapatkan cokelat misterius yang sampai saat ini kami tidak tahu siapa pengirimnya. Aku juga tidak berusaha mencari tahu siapa pengirimnya.

Tak terasa, masa SMA telah selesai aku pun melanjutkan pendidikan di Universitas Bengkulu dengan harapan dapat menjadi orang yang berguna,  membahagiakan orang tua, dan menyenangkan orang – orang di sekitarku. Masa kuliah adalah masa yang paling menyenangkan. Hari-hari diisi keceriaaan, kehebohan, dan kegilaan bersama teman-teman geng. Oh iya, sejak sekolah aku selalu mempunyai geng. Isinya teman-teman akrabku. 

Di momen Valentine yang sama saat sekolah, aku menuju kelas bersama  Rita, Siti, dan Delfi. Kami jalan dari Gedung UPT Bahasa Inggris UNIB menuju Gedung GB 3. Di tengah jalan, aku bertemu dengan senior organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK)  yang akrab dipanggil Abang. Tiba-tiba saja dia memberikan kado untukku. Dia bilang dibukanya di kelas atau setelah pulang kuliah saja.

Aku tidak sabar menunggu sampai pulang kuliah. Aku buka kado itu di kelas. Wah, isinya tiga cokelat dengan bentuk yang berbeda-beda. Lucu semua. Senang sekali rasanya dapat cokelat, kali ini tidak lagi misterius seperti zaman SMA.  Aku mengerti cokelat itu adalah tempat menaruh lalu menyampaikan perasaannya padaku. Tapi aku sebaliknya, tidak bisa membalas dengan perasaan yang sama. Tiap hari dia aku cuekin karena memang aku tidak tertarik. Walau demikian kami tetap berteman baik dan hingga hari ini.



Genre: Nonfiksi

Tema: Memori