Tentang Desa yang Puluhan Tahun Aku Tinggalkan

Anggiat R

Dok.Static.Pulsk

Aku lahir di sebuah desa kecil di daerah Sumatera Utara yang penduduknya hidup dari hasil pertanian. Para petani di desa menanam padi, jagung, kacang tanah, dan palawija. Penduduk di desa juga menanam kopi dan buah-buahan tetapi biasanya panennya musiman.

Penduduk desa masih memegang budaya gotong royong dengan kuat. Mereka juga punya kepedulian yang sangat tinggi. Ketika salah satu penduduk punya hajatan atau sedang berduka cita, semua membantu, peduli.

Sudah 20 tahun aku meninggalkan desa. Dalam waktu selama itu sebenarnya aku sempat pulang beberapa kali, melihat peninggalan orangtua. Karena mereka sudah tidak ada, sebenarnya agak. malas pulang ke desa karena menghabiskan uang tabungan saja.

Suatu waktu aku ke sana setelah bertahun-tahun tidak menengok peninggalan orangtua. Aku naik angkot, dari kota ke sana menempuh dua jam perjalanan . Aku sedikit melankolis ketika masuk ke area desa. Morfologinya berubah, banyak rumah-rumah di atas tanah yang dulu lapang.

Namun, rumahku tidak ada perubahan. Pohon jeruk bali di depan rumah belum ditebang. Aku sampai di sana tepat ketika penduduk desa pulang berkebun. Mereka membawa kayu bakar, dan  alat tani sederhana lalu menyalamiku.

Tanpa dimintai tolong, mereka mengangkat koper dan bawaanku ke dalam rumah lalu duduk di lantai sambil memperhatikan wajahku yang sedikit kusam karena kelelahan. Mereka tertawa, bercanda menanyakan apa oleh-oleh yang aku bawa. Untunglah aku membawa roti satu kaleng besar lalu membukanya.

Mereka segera menikmati roti kaleng sambil terus bercerita tentang desa. Semakin lama penduduk desa mulai berdatangan sehingga mempercerah sore itu. Aku juga jadi ikut senang dan bahagia dengan sambutan mereka yang hangat, sampai lupa perut keroncongan karena belum makan nasi sejak pagi.

Seorang penduduk mengajak teman-temannya pulang karena kasihan dengan wajahku yang mulai memucat tetapi yang lain tidak menghiraukan. Sambil mencelupkan kue kering dalam kopi hangat, mereka terus bercerita dan bercanda sementara perutku terus ditabuh rasa lapar.



Genre: Nonfiksi

Tema: Memori