Memaklumi Pedagang Jengkol

Melda Pangaribuan

Dok.Wikihow

Jengkol salah satu buah penambah selera makan. Jengkol bisa diolah dengan banyak cara. Umumnya disambal tetapi tak kalah enak saat digulai atau direndang.

Akhir-akhir ini harga jengkol di pasaran tergolong murah, kabar baik untuk pencinta buah dengan aroma memabukkan itu. Permintaan pasti meningkat sehingga saya punya ide jualan, lumayan bisa menambah penghasilan.

Saya membeli jengkol dari agen dengan harga lumayan murah lalu jual setara harga pasaran. Saya gunakan media sosial mempromosikannya dan ternyata pemesannya cukup banyak. Jengkol yang sudah dipesan pelanggan sampai terkumpul 50 kilo. Waoww…. pikirku.

Saya minta tolong teman untuk mengantar jengkol ke rumah pelanggan satu persatu. Saya senang karena banyak teman yang membantu sehingga pengantaran jengkol tidak makan waktu.

“Bu, kok jengkol yang saya pesan datangnya setengah kilo? Saya kan pesan satu kilo Bu,” protes seorang pembeli yang menghubungi via telepon.

Saya meminta maaf lalu segera mengeceknya. Belum sempat memeriksa ulang data pesanan di catatan, telepon kembali berdering. Saya kembali diprotes pembeli yang merasa pesan setengah kilo tetapi menerima dua kali lipatnya. Ternyata pesanan mereka tertukar.

Akhirnya saya pergi sendiri ke rumah pelanggan yang salah terima jengkol lalu menukarnya sesuai pesanan mereka. Saya minta maaf karena kurang teliti. Mereka senyum, mengerti sekaligus memaklumi beban seorang pedagang jengkol.

Giliran saya yang bingung diperlakukan seperti itu.



Genre: Nonfiksi

Tema: Sosial