Terpaksa Menyaring Air Rawa Saat Kekeringan

Menti Sinaga

Dok instagram @seputarpulauharimausumsel

Sumur kami kering selama lima bulan. Namun, saya masih bersyukur karena ada satu tetangga yang mau berbagi air untuk kami bernama Pak Widya Manurung. Keluarga Pak Widya mengunakan sumur bor sehingga kami mengambil air menggunakan jerigen.

Karena  banyak orang mengambil air dari sumurnya–ada yang pakai tedmond pula– lama-lama  sumur bor kering. Pompa mesin Pak Widya rusak karena menyala berjam-jam sampai kepanasan.

Kami putus asa, bingung ke mana harus mencari air. Akhirnya kami mengambil air dari rawa yang berjarak 200 meter dari rumah. Rawa itu sering dijadikan tempat mandi kerbau karena alumayan bersih tetapi di sana banyak lintah. Saya geli melihatnya dan mau tidak mau menyuruh anak mengambil air pakai gayung lalu menuangkan dalam jerigen dengan disaring terlebih dulu .

Puji Tuhan malam hari hujan datang agak deras.  Kami menampungnya sampai mendekati tengah malam. Kami sangat senang karena air hujan bisa dipakai memasak dan minum. Namun volume air sumur tidak banyak berubah. Satu minggu jelang tahun baru, kami masih kekurangan air. Maka rencana merayakan malam tahun baru dengan berkumpul di rumah pindah ke kediaman adik.

Sampai awal Januari 2024 sumur rumah masih bau tanah sehingga kami terpaksa menyuruh orang memperdalamnya 10 meter.  Melihat dalamya sumur  jantung saya dagdigdug terus sampai selesai disemen karena takut longsor. Puji Tuhan air mulai muncul dan sekarang sudah lumayan banyak. Kami lega tidak perlu lagi ke rawa.



Genre: Nonfiksi

Tema: Lingkungan