Betty Marpaung
Aku senang membaca buku sejak SMP. Namun aku lebih senang membaca buku cerita daripada pelajaran. Baru juga pegang buku pelajaran, bosan dan kantuk datang, eh tiba giliran baca majalah atau novel mataku bisa on sampai berjam-jam.
Waktu SMP buku cerita yang sering aku baca itu novel Wiro Sableng, Mira W, dan Freddy.S. Sebenarnya novel itu belum layak dibaca anak seusiaku karena untuk usia 17+. Bukan karena aku penasaran karena ada adegan dewasa. Namun hanya itulah buku-buku yang bisa aku pinjam dari teman-teman sekolah di desa kami.
Untuk mendapat kesempatan membaca aku harus sabar mengantri. Antrinya lama, bisa sampai puluhan orang. Maklum aku sekolah di desa. Perpustakaan di sekolah kami besar tetapi aku tidak pernah masuk ke dalam. Aku tidak tahu seberapa banyak jenis buku di sana. Bukan karena aku malas tapi selama tiga tahun sekolah di sana, perpustakaan tidak pernah buka.
Masuk SMA ada perubahan kecil. Aku jarang membaca buku cerita karena lagi senang-sennangnya menonton. Pada waktu itu tontonan yang aku sukai adalah telenovela. Setiap sore aku sudah stand by di depan TV menonton telenovela kesukaanku. Aku masih ingat jelas judul-judulnya, Esmeralda, Rosalinda, Maria Cinta yang Hilang, Cinta Paulina, Carita The Angel, Marimar dan masih banyak lagi. Pokoknya SMA itu masa-masa jatuh cinta ke telenovela.
Waktu kuliah aku kembali suka membaca novel karena dipengaruhi teman-teman se-kosan. Ketepatan teman satu kos semuanya anak sastra. Dari empat orang penghuni kos, hanya aku yang kuliah di Fakultas Hukum. Hampir setiap minggu kami ke Perpustakaan Daerah Jl.Brigjend Katamso depan Istana Maimun kota Medan.
Sebenarnya aku jarang meminjam buku. Kebanyakan novel yang aku baca pinjaman dari teman-teman dan rata-rata terjemahan. Dari sekian novel yang aku baca, ada dua yang sangat berkesan.
Pertama If Tomorrow Comes Sidney Sheldon. Aku sangat terkesan dengan kisah pemeran utama perempuannya yaitu Tracy. Dia cantik, muda, smart. Rencananya dia akan menikah dengan kekasihnya, seorang lelaki yang tampan juga kaya raya. Tinggal menunggu hari mereka menikah ternyata kekasihnya selingkuh dan terjebak dengan sekelompok penjahat kelas kakap. Novel itu sangat menginspirasi karena kecerdasan dan keberanian seorang wanita yang sanggup membalas dendam dan menjatukan seorang penguasa.
Novel kedua berjudul Kembang Jepun Remy Sylado. Selesai baca novel ini aku sangat terharu dan sedih sekali sampai menangis. Paginya mataku bengkak. Aku merasakan tragedi dari tokoh utama, Keke. Kisahnya tragis dan menyedihkan. Banyak lika-liku dan penderitaan yang dilalui sebelum tokoh utama bersatu kembali dengan orang yang dicintainya di usia tua.
Genre: Nonfiksi
Tema: Buku