Muhammad Alif
Aku di rumah saja selama liburan. Gabut dan bingung jadi satu. Keluar rumah hanya untuk main bersama teman-teman. Mereka juga menggabut karena bernasib sama denganku. Kalau tidak main HP ya kami melakukan sesuatu yang bisa menjaga kepala ini tetap waras dan tidak meledak.
Hari itu aku dan seorang kawan mau bikin layang-layang. Kami mencari bambu di sungai tetapi tidak ada yang bagus sehingga pulang ke perumahan. Di tengah perjalanan pulang kami bertemu Ilham yang sedang menuju sungai. Dia bilang mau mencari sesuatu di sana.
Tiba-tiba muncul niat iseng sama Ilham. Kami mau mengempesi band sepedanya saat dia sedang berendam atau mencari sesuatu yang kami tidak tahu itu. Kami mau mengisi perut dulu di rumah karena sudah kelaparan. Setelah kenyang kami segera menuju sungai untuk mengempesi ban Ilham.
Kami melihat Ilham sedang di tepi sungai sementara sepedanya diletakan begitu saja. Sat set.. dengan secepat kilat kami menggembosi ban sepedanya lalu berlari ke dekat perumahan. Tidak lama kemudian Ilham lewat depan kami sambil menuntun sepedanya. Kami tanya kenapa sepedanya dituntun.
“Kebocoran ban aku,” jawabnya sedih.
Kami tidak menahan tertawa. Kami ketawa sampai jauh dan membuat muka Ilham merah, mungkin malu. Setelah puas tertawa kami pun mengakui keisengan: ban sepedanya kami hisap sampai habis. Ilham tidak marah, dia tertawa terus mengumpati kami. Kami lalu meminta maaf padanya. Dia mengerti bahwa itu semua hanya bercanda.
Genre: Nonfiksi
Tema: Liburan