Berani Balapan? Aku Seret Kau ke Depan Orang Tua

Sartini

Dok.Wikihow

Siang itu panas sekaligus gerah. Matahari menyengat desaku tanpa ampun. Banyak sumur yang mulai kering. Tanaman memucat karena lebih sering tersiram debu daripada air. Satu-satunya kenikmatan di tengah ‘neraka’ itu hanya bersantai di bawah pohon dibelai angin yang lembut.

Waktu itu aku sedang santai di bawah pohon mangga. Nikmat mana lagi yang aku dustakan karena di sanalah badanku mulai nyaman. Istirahat yang sangat nikmat itu tiba-tiba menjadi tragedi. Tiga remaja menunggangi motor berknalpot besar mengusik ketenanganku. Suara motor mereka menyakiti telingaku. Mereka dengan gagahnya, seperti Ali Topan yang menantang zaman hilir mudik lewat jalan depan rumah.

Sekali oke masih dimaklumi, mungkin anak tersebut hanya sekadar lewat. Tapi sekian lama aku duduk di sana kok ya mereka ini makin tengil. Bolak-balik dengan gaya Valentino Rossi yang sedang mengejar Casey Stoner di trek lurus. Sepertinya mereka memang sengaja mencari gang sepi untuk balapan.

Lama-lama aku juga tidak tahan suara motor mereka. Panas betul hatiku. Aku berdiri di tepi jalan. Aku cegat mereka lalu aku marahin dengan mimik wajah yang bakal meninggalkan mimpi buruk. Meledaklah emosiku. Banyak tanya yang kulontarkan sebelum nasehat dan petuah kusampaikan. Mungkin karena takut melihat wajah dan kerasnya kalimatku, mereka meriut lalu meminta maaf.

Mereka berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Aku pegang janji mereka. Apabila aku melihat mereka balapan lagi, bakal aku seret ke hadapan orang tua masing-masing. Semoga mereka benar-benar sadar bahwa apa yang mereka lakukan membahayakan banyak orang.



Genre: Nonfiksi

Tema: Remaja