Ekawati Siregar
Ketika belajar jenis dan bentuk daun bersama siswa-siswi di kelas IV SD Tenera, aku mengajak anak-anak bermain tebak-tebakan. Coba sebutkan tanaman yang diawali hurup “P”. Anak-anak menjawab pisang, pepaya, pir, pelem, pacar air, perenggi, dan lain-lain.
Kemudian aku menyebutkan nama salah satu tanaman obat yaitu puding hitam. Mereka serempak bertanya tanaman apa itu.
Aku menjelaskan secara singkat bahwa puding hitam merupakan tumbuhan perdu bewarna ungu kehitaman dengan tingggi 1-3 m. Terdapat lendir pada kulit daun. Daunnya tunggal bertangkai pendek dan terletak berhadaapan bersilangan. Panjang daun kira-kira 8-20 cm dengan lebar 3- 13 cm, bentuk bulat telur dengan tepi bergelombang hingga ke ujung pangkal.
Aku mengidolakan tanaman itu. Puding hitam membuat hubungan dengan tetangga makin mesra. Mengubah pola komunikasi kami. Sebelum memelihara tanaman itu, aku hampir tidak pernah berinteraksi dengan tetangga, hanya sapaan biasa, sekadar say hello sambilklakson motor. Berkat hobiku menanam banyak tetangga yang minta puding hitam untuk pengobatan.
Seorang nenek pernah minta tanaman ini padaku, katanya berkhasiat untuk memulihkan kondisi ibu pasca persalinan. Ada juga yang datang untuk mengobati luka suaminya yang jatuh dari motor. Selain itu ada juga yang datang mencari daun puding hitam untuk penyakit kulit. Sejujurnya aku bersyukur walau aku tidak sempat silaturahmi ke rumah mereka satu persatu aku bahagia bisa memberikan manfaat melalui tanaman-tanaman di sekitar rumahku
Genre: Nonfiksi
Tema: Lingkungan